Orang Terkaya Dunia dan Manusia Rp2.700 T Sepakat Bikin Ini di Saudi
Elon Musk, miliuner sekaligus pemilik SpaceX dan Tesla, dan CEO Nvidia Jensen Huang sepakat bekerja sama dalam sebuah proyek di Arab Saudi.
Kerja sama itu diumumkan bertepatan dengan kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman ke Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Dalam acara tersebut, Musk mengumumkan bahwa xAI, perusahaan AI miliknya, akan membangun pusat data raksasa di Arab Saudi bersama Humain, perusahaan AI yang didukung kerajaan Arab Saudi. Pusat data berkapasitas 500 megawatt itu akan menjadi fasilitas besar pertama xAI di luar AS.
Selain itu, kerja sama tersebut juga akan mencakup penggunaan chatbot Grok milik xAI di seluruh Arab Saudi.
"Masa depan kecerdasan buatan akan dibangun melalui komputasi besar yang efisien dan model AI paling canggih," kata Musk dalam pernyataannya, melansir CNN, Rabu (19/11).
Pusat data tersebut akan menggunakan chip dari Nvidia. Huang selaku CEO Nvidia, duduk satu panel dengan Musk dan Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Arab Saudi, Abdullah Alswaha.
Musk merupakan orang terkaya dunia dengan total kekayaan US$467,8 miliar atau setara dengan Rp7.824 triliun.
Sementara, Huang merupakan sosok yang belakangan mendapat sorotan dunia imbas popularitas AI yang kian masif. Harta kekayaannya saat ini mencapai hingga US$162 miliar atau setara Rp2.700 triliun.
Menurut laporan Bloomberg, AS bersiap menyetujui penjualan pertama chip AI canggih ke Humain.
Dalam acara yang sama, Alswaha juga mengumumkan rencana pembangunan pusat data 100 megawatt untuk Amazon Web Services (AWS) dengan target jangka panjang mencapai kapasitas satu gigawatt, yang juga didukung infrastruktur Nvidia.
Seiring perkembangan pesat AI, pusat data raksasa membutuhkan ruang fisik yang besar serta energi dalam jumlah yang tidak sedikit. Banyak pusat data memang tengah dibangun di AS.
Namun begitu, ada kekhawatiran bahwa China akan lebih unggul dalam produksi energi untuk mendukung komputasi AI. Oleh karena itu, Arab Saudi dinilai bisa menjadi penyeimbang karena memiliki akses lahan luas dan energi murah untuk proyek-proyek besar itu.
Dalam kunjungannya ke Gedung Putih pada Rabu (19/11), sang putra mahkota menyatakan bahwa negaranya akan menginvestasikan US$1 triliun di AS. Angka itu jauh lebih besar dari pengumuman sebelumnya, yakni US$600 miliar pada Mei lalu.
Pernyataan itu bahkan mengejutkan Presiden AS Donald Trump, meski jadwal investasi Saudi belum jelas.
"Jadi Anda mengatakan kepada saya sekarang bahwa US$600 miliar itu akan menjadi US$1 triliun? Baik. Saya sangat suka itu," kata Trump kepada putra mahkota di Oval Office.
(dmi/dmi)