Cari Korban Banjir Sumatra, Pakar Dorong Penggunaan Drone Hingga AI

CNN Indonesia
Jumat, 12 Des 2025 15:40 WIB
IIsutrasi. Foto udara warga melintas di permukiman Jorong Kayu Pasak yang rusak akibat banjir bandang di Nagari Salareh Aia, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Minggu (30/11). (Foto: ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Pakar teknologi kecerdasan buatan (AI) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Andi Dharmawan menilai perlu terobosan dalam teknologi penyelamatan demi mempercepat proses pencarian korban bencana di Sumatra.

Andi menuturkan, pencarian dan penyelamatan korban bencana bisa memanfaatkan teknologi berbasis pesawat nirawak drone, visi komputer (computer vision), dan perangkat pintar. Menurutnya, ini sudah terbukti efektif digunakan di berbagai negara maju dalam operasi kebencanaan.

Penggunaan drone sebagai alat pencarian korban, kata Andi, sebenarnya bukan hal baru. Ia mencontohkan bagaimana drone dipakai mencari korban-korban Badai Harvey di Amerika Serikat.

Drone yang diterbangkan itu kemudian mengirimkan video udara secara real-time guna mempercepat evakuasi. Contoh serupa juga terjadi di Australia, saat drone menyelamatkan dua remaja terseret ombak dengan menjatuhkan pelampung secara otomatis.

"Jepang dan Swiss juga telah mengembangkan drone dengan kamera termal dan AI untuk mendeteksi keberadaan manusia di antara puing. Di Indonesia drone sudah mulai dipakai, tapi belum terintegrasi dengan AI. Tantangannya tinggal integrasi, adopsi, dan hilirisasi," kata Andi dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (11/12).

Teknologi tersebut memang menjanjikan, namun kompleksitas kondisi geografis Indonesia menghadirkan tantangan terbesar.

Medan bencana yang beragam, mulai dari banjir luas, hutan lebat, hingga wilayah tanpa sinyal memengaruhi stabilitas drone dan akurasi deteksi berbasis kecerdasan buatan.

Menurut dia, AI memang mampu mendeteksi manusia di gambar, tapi sejumlah faktor seperti air keruh, banyak puing, pencahayaan minim atau tubuh korban yang tertutup sebagian menjadikan kondisi lapangan tidak selalu ideal.

"Modelnya harus kuat banget buat kondisi dunia nyata. Selain itu, integrasi informasi dari drone dan AI ke tim SAR di lapangan juga membutuhkan sistem yang cepat dan rapi agar hasil deteksi bisa langsung ditindaklanjuti," paparnya.

Agar bisa diterapkan secara efektif, Andi menyarankan supaya pengembangan teknologi dimulai dari penerapan sederhana, tapi langsung terasa manfaatnya. Baginya, drone stabil dengan video real-time berkualitas tinggi sudah sangat membantu penyisiran tanpa harus menunggu teknologi canggih diterapkan sekaligus.

Barulah selanjutnya disertakan fitur AI ringan untuk menandai area yang disinyalir ada manusia.

"Bukan menggantikan manusia, tapi mempercepat proses ngecek video. Jika tahap ini berhasil, sistem multi-drone yang mampu menyisir wilayah luas secara otomatis bisa mulai diuji pada skala yang lebih besar," sambung Andi.

Andi berpendapat, uji coba di lapangan adalah kunci kesuksesan integrasi teknologi pencarian korban di Tanah Air. Pasalnya, teknologi semutakhir apapun jika belum diujicobakan di medan Indonesia yang cuacanya cepat berubah dan banyak hal tak terduga, maka akan masih memerlukan banyak penyesuaian.

Berbagai riset mengenai pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), visi komputer dan AI di UGM, kata Andi, sudah sangat maju. Kendati begitu, hal ini butuh dukungan hilirisasi dan kolaborasi dengan instansi kebencanaan supaya dapat benar-benar dipakai dalam operasi resmi.

Harapan Andi, inovasi pencarian korban tak berhenti di tahap konsep, menimbang teknologi untuk ini masih berhenti di fase riset. Idealnya, dibutuhkan dukungan yang lebih kuat supaya riset yang sudah ada bisa benar-benar sampai tahap hilirisasi dan dipakai di operasi SAR.

Ia juga berharap agar ada kegiatan uji coba rutin di lapangan untuk teknologi yang terus berkembang.

"Tidak harus langsung besar, yang penting terus berkembang dan akhirnya bisa beneran membantu menyelamatkan nyawa," tutupnya.

(kum/dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK