Dalam salah satu bagian karyanya, Yosefus juga menceritakan mengenai eksekusi Yakobus yang disebutnya sebagai saudara Yesus.
Selain catatan Yahudi, bukti sejarah lainnya muncul dalam Annals of Imperial Rome yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.
Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkapkan bahwa Kaisar Nero secara keliru menyalahkan orang-orang Kristen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tacitus menyebutkan bahwa nama pendiri kelompok tersebut adalah Christus, yang dihukum mati oleh Pontius Pilatus pada masa pemerintahan Tiberius. Menurut Ehrman, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dan apa yang ditulisnya selaras dengan narasi Perjanjian Baru namun dari sudut pandang penulis Romawi yang meremehkan kelompok tersebut.
Lihat Juga : |
Tak lama sebelum Tacitus menulis catatannya, gubernur Romawi Pliny the Younger juga menulis surat kepada Kaisar Trajan yang menyebutkan bahwa orang-orang Kristen menyanyikan lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa.
Sejarawan Romawi lainnya, Suetonius, juga diyakini merujuk kepada Yesus ketika menulis bahwa Kaisar Claudius telah mengusir orang-orang Yahudi dari Roma yang terus-menerus membuat kekacauan atas hasutan sosok bernama Chrestus.
Ehrman berpendapat bahwa kumpulan cuplikan dari sumber non-Kristen ini membuktikan bahwa Yesus dikenal oleh para sejarawan pada masa itu dan tidak ada yang menganggapnya sebagai tokoh rekaan.
Jejak historis lainnya ditemukan melalui bukti epigrafis di jazirah Arab. Ahmad Al-Jallad, profesor dari Ohio State University, menunjukkan hasil menarik dari misi penelitiannya pada 2019 di Wadi al-Khudari, Yordania timur laut.
Penelitian tersebut menemukan ratusan prasasti kuno yang dicatat oleh para pengembara hampir dua ribu tahun lalu. Salah satu prasasti yang diperkirakan berasal dari abad keempat secara luar biasa mendokumentasikan penetrasi awal agama Kristen di wilayah tersebut.
Prasasti Yesus dari Wadi al-Khudari merupakan prasasti peringatan yang menyebut nama Yesus dengan sebutan Isa, serupa dengan nama yang digunakan di dalam Al-Quran.
Prasasti ini memberikan silsilah pembuatnya, Wahb-El, dan diakhiri dengan doa religius yang meminta pertolongan kepada Isa.
Al-Jallad menyatakan tidak ada keraguan bahwa penulis prasasti tersebut adalah seorang Kristen awal.
Temuan ini menjadi bukti penting bahwa rujukan terhadap sosok Yesus telah meluas dan terdokumentasi dalam berbagai bentuk literatur dan prasasti di luar jalur kitab suci tradisional.
(lom/dmi)