Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan udara yang menghancurkan sebuah rumah sakit di provinsi Kunduz, Afghanistan, pada akhir pekan lalu, diakui Komandan Tentara Amerika sebagai sebuah kesalahan.
Selain mengaku salah, Jenderal Angkatan Darat John Campbell juga mengungkapkan akan mempertimbangkan kembali penarikan pasukan AS pada akhir tahun mendatang.
Dia menyebut, meningkatnya ancaman serangan ISIS dan Al Qaeda terhadap Afghanistan menjadi salah satu alasan rekomendasi yang akan diberikannya kepada pihak Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan yang terjadi pada Sabtu (3/10) lalu ke rumah sakit Doctors Without Borders atau Medecins Sans Frontieres menyebabkan 22 orang tewas dan memicu kemarahan para sukarelawan yang tergabung dalam MSF.
Kala itu, MSF dengan tegas menyalahkan AS dalam insiden tersebut. Mereka pun meminta investigasi dilakukan untuk menyelidiki malapetaka tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kejahatan perang.
Menanggapi hal itu, Campbell sempat memberikan pernyataan bahwa serangan kala itu merupakan permintaan dari pasukan Afghanistan yang ingin menyerang pasukan militan Taliban di Kunduz.
"Agar menjadi jelas, keputusan untuk melakukan serangan udara saat itu dibuat berdasarkan rantai komando yang diterima AS," ujar Campbell dalam keterangannya di hadapan Komite Senat Angkatan Bersenjata, Selasa (6/10), seperti dilansir
Reuters.
Dia juga menambahkan, pasukan khusus AS yang berada di sekitar lokasi kala itu telah berkomunikasi dengan pesawat tempur yang melakukan serangan.
"Sebuah rumah sakit tanpa disengaja terkena serangan. Kami tidak akan pernah dengan sengaja menargetkan fasilitas kesehatan sebagai untuk diserang," kata Campbell.
Pernyataan Campbell bahwa serangan di rumah sakit tersebut dilakukan oleh pasukan AS ini merupakan penjelasan resmi yang dikeluarkan mewakili pemerintah AS. Pada pernyataan sebelumnya, Campbell mengatakan, hanya pasukan AS yang kala itu merespon permintaan dari pasukan Afghanistan.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan Presiden Barrack Obama berharap agar tindakan pencegahan dapat dilakukan agar tidak lagi terjadi kesalahan yang sama.
Pemerintahan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, saat ini menunjukkan sangat mengandalkan Washington untuk memberikan bantuan militer. Hal itu disebut-sebut berbeda dari pendahulunya yakni Presiden Hamid Karzai yang kerap mengkritik AS.
Meski demikian, seorang pasukan militer Afghanistan menepis kabar bahwa pasukannya yang meminta AS untuk menyerang rumah sakit tersebut.
Komandan pasukan khusus Afghanistan di Kunduz, Abdullah Guard, mengatakan pasukannya kala itu dalam kondisi dihujani peluru di area dekat rumah sakit. Dia memprediksi, ada sekitar 500 orang pasukan Taliban yang menyerang mereka kala itu.
"Sangat mungkin jika kami meminta serangan udara untuk menyerang posisi musuh, tetapi itu tidak berarti kami meminta untuk mengebom sebuah rumah sakit," katanya kepada Reuters, sebelum Campbell memberikan laporan kepada Komite Senat.
(meg)