Jakarta, CNN Indonesia -- Sadiq Khan berhasil terpilih sebagai Wali Kota London setelah mengalahkan rivalnya, Zac Goldsmith dari Partai Konservatif dalam pemilu pada Sabtu (7/6). Namun, tak banyak yang mengenal sosok anak seorang sopir bus dari London Selatan ini hingga dia memenangi dukungan rakyat untuk menjadi pemimpin ibu kota Inggris.
Khan, 45, lahir dari keluarga keturunan Pakistan yang menetap di kota kecil, Tooting di London Selatan. Ayahnya merupakan sopir bus, sementara ibunya seorang penjahit. Bersama dengan tujuh saudara kandungnya, Khan dibesarkan di perumahan yang disubsidi pemerintah setempat, menurut laporan
USA Today.
Lulus dari sekolah negeri di Tooting, Khan kemudian menekuni jurusan hukum di London dan berkarier sebagai pengacara untuk penegakan hak asasi manusia selama satu dekade.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khan mengawali karier politiknya dengan menjabat sebagai anggota dewan termuda di London pada usia 23 tahun, sejak terpilih sebagai perwakilan daerah Tooting pada 1994 hingga 2006. Khan juga menjabat sebagai pemimpin Liberty, organisasi penegak HAM di Inggris dan Wales selama tiga tahun.
Khan kemudian terpilih sebagai anggota parlemen Muslim pertama di Inggris pada 2005. Karier Khan terus meroket hingga menjabat sebagai Menteri Transportasi untuk London pada 2009 dan 2010, ketika pemerintahan Buruh digulingkan dan digantikan oleh koalisi pemerintahan Konservatif dan Liberal Demokrat.
Tumbuh besar di rumah subsidi seperti kebanyakan keluarga imigran dan kelas pekerja lainnya di London, Khan mengusung janji untuk mengatasi tingginya harga hipotek dan sewa rumah di London, yang berada di luar jangkauan rata-rata warganya.
Dalam salah satu wawancara, Khan mengemukakan salah satu alasannya mencalonkan diri sebagai wali kota London adalah karena, "Saya ingin semua warga London mendapatkan peluang yang sama seperti yang diberikan kota ini kepada saya."
Dukung Gay dan Kelab MalamMemeluk keyakinan sebagai seorang Muslim, Khan dikenal sebagai sosok yang memiliki toleransi tinggi. Khan turut mendukung pernikahan gay pada 2013, meski sempat memicu kritik tajam dan bahkan ancaman kematian dari kelompok ekstremis kepadanya, menurut laporan berbagai media lokal.
Selain itu, meski tak meminum alkohol, Khan juga sempat mengunjungi beberapa kelab malam dan menyerukan agar kelab malam di Inggris tak ditutup.
Khan menikah sesama pengacara, Saadiya Khan, pada 1994 dan dikaruniai dua anak perempuan. Tiga tahun setelah terpilih sebagai anggota Parlemen Inggris, Khan menulis buku berjudul
Fairness Not Favours - Bagaimana Menghubungkan Warga Muslim Inggris.
Dikaitkan dengan EkstremisRival Khan, Goldsmith, merupakan putra seorang miliarder. Dalam kampanyenya, Goldsmith dinilai meluncurkan kampanye hitam, dengan menuduh Khan memiliki pandangan anti-Semitisme dan ekstremisme.
Kampanye Goldsmith ini bahkan didukung oleh Perdana Menteri David Cameron yang menyatakan Khan dekat dengan sejumlah orang yang memiliki pandangan ekstremisme.
Menampik tuduhan ini, Khan menyatakan ia tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa ia berurusan dengan "beberapa karakter yang cukup menjijikkan" selama bekerja sebagai seorang pengacara hak asasi manusia dan sebagai pemimpin Liberty.
Andrew Boff, tokoh Konservatif senior di London, mengkritik taktik Goldsmith, dan menilai tindakan Goldsmith mungkin telah merusak hubungan partai dengan komunitas Muslim.
Setelah terpilih, Khan menuduh Partai Konservatif menjalankan "kampanye jahat" dan menyatakan, "Sebagai walikota, saya akan menjadi Muslim Inggris yang berjuang melawan para ekstremis."