Keistimewaan Berujung Bencana Bagi Rangkong Gading

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 21 Jan 2016 13:12 WIB
Nama-nama seperti Rangkong, Enggang, Kangkareng, dan Julang adalah nama-nama burung yang dikenal luas di Indonesia. Tapi mereka sedang terancam.
Ilustrasi burung Rangkong (copyright Hadiprakarsa)
Bogor, CNN Indonesia -- Nama-nama seperti Rangkong, Enggang, Kangkareng, dan Julang adalah nama-nama burung yang dikenal luas di Indonesia. Bentuk tubuh burung inipun tidak asing bagi banyak orang, terutama bentuk paruhnya. Paruh besar melengkung dengan balung (casque) yang sangat khas di atas paruhnya. Dalam tatanama ilmiah, jenis-jenis tersebut dikelompokan dalam keluarga Bucerotidae, yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti berparuh tanduk.

Indonesia adalah negara yang kaya akan jenis-jenis burung dari keluarga Bucerotidae ini. Tidak kurang dari 13 jenis hidup di hutan-hutan di Indonesia, dan 3 jenis di antaranya hanya dijumpai di Indonesia saja, tidak ada di tempat lain di dunia. Karena bentuk tubuh dan tingkah lakunya yang unik tidak heran jika banyak masyarakat asli Indonesia yang memberikan tempat istimewa dalam kebudayaan mereka.

Tingkah laku unik dari burung ini antara lain adalah tingkah laku berkembang biaknya. Rangkong dikenal sebagai burung yang setia pada pasangannya, mereka adalah hewan yang bermonogami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah kawin dan siap bertelur, sang betina akan masuk ke dalam lubang pohon dan bersama-sama dengan sang jantan ia mulai menutup lubang tersebut. Lubang ditutup dengan lumpur yang bercampur ludah dan kotoran hingga hanya menyisakan lubang kecil yang seukuran dengan ujung paruh sang betina. Selama ia mengerami dan membesarkan anaknya, sang betina akan tetap berada di dalam kurungan bersama anaknya, dan sang jantanlah yang mondar-mandir mencarikan makan serta menyuapi sang betina dari lubang kecil tadi.

Selama berminggu-minggu berada di dalam lubang pada saat mengerami telur dan kemudian membesarkan anaknya tersebut, bulu-bulu tubuh sang betina akan rontok dan nantinya akan tumbuh bulu-bulu baru. Benar-benar sedang bersalin burung betina tersebut. Jika telah tiba waktunya, maka tutup sarang tadi akan dibuka bersama-sama dan selesailah sudah siklus berbiaknya. Jika selama masa bersarang tersebut, sang jantan mati maka selesailah cerita hidup sang betina dan anaknya yang masih terkurung di dalam lubang tadi.

Walaupun burung ini adalah pemakan segala (omnivora) akan tetapi makanan utama banyak rangkong di Indonesia adalah buah. Ia harus terbang jauh untuk mencari pohon-pohon yang sedang berbuah di hutan. Biji-biji buah yang dimakannya dan tidak tercerna akan keluar dari tubuhnya bersama kotorannya dan menyebar di seantero hutan. Karena hal inilah, rangkong dikenal sebagai hewan penyebar biji. Perannya di dalam ekosistem hutan sangatlah vital.

Namun demikian, di Indonesia burung-burung ini sebenarnya mengalami tekanan yang luar biasa, terutama akibat hilangnya habitat mereka dan perburuan. Tidak kurang dari 5 jenis di antaranya telah mendekati terancam punah bahkan 4 jenis sudah masuk dalam daftar jenis terancam punah (Kangkareng sulawesi, Julang sulawesi, Julang sumba, dan Rangkong gading). Karena pentingnya peran rangkong dan tekanan yang dialaminya inilah maka semua jenis dalam keluarga Bucerotidae masuk ke dalam jenis-jenis hewan yang dilindungi di Indonesia.

Dari jenis-jenis tersebut, Rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah jenis yang paling terancam punah dengan status Critically Endangered (Kritis). Ini adalah status keterancaman tertinggi untuk mahluk hidup.

Selain karena habitatnya (hutan) rusak dengan cepat, dan burung ini membutuhkan waktu lama relatif lama untuk menghasilkan keturunan (untuk menghasilkan satu anak, dari mulai siap-siap kawin hingga menetas, diperlukan waktu selama 6 bulan), Rangkong gading saat ini diburu dengan hebat untuk diambil paruh serta balungnya. Tidak sebagaimana jenis rangkong yang lain, balung pada Rangkong gading tidak kopong, tetapi padat seperti gading gajah dengan kualitas yang sangat bagus untuk dijadikan kerajinan tangan berharga tinggi. Permintaan terbesar akan balung Rangkong gading datang dari China untuk bahan kerajinan pengganti gading gajah yang semakin sulit didapat.

Keunikan balungnya inilah yang menjadikan Rangkong gading sang simbol keberanian, pelindung dan jembatan antara hidup dan mati bagi masyarakat dayak, kini banyak diburu. Menurut Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia, hasil investigasi Rangkong Indonesia/(IHCS) dan Yayasan Titian yang di dukung oleh Dana Konservasi Chester Zoo, pada tahun 2013 diperkirakan tidak kurang dari 6.000 Rangkong gading dewasa di Kalimantan Barat dibunuh untuk diambil balungnya. Lebih jauh lagi, Yokyok mengatakan bahwa dari tahun 2102 sampai  Januari 2016, tidak kurang dari 2.343 Rangkong gading dibunuh untuk diambil balungnya. Angka tersebut berasal dari 1142 kepala yang didapat dari penyitaan di Indonesia, 1080 dari penyitaan di China yang berasal dari Indonesia, 31 dari hasil penyitaan di Amerika Serikat (asal dari Indonesia yang masuk melalui Serawak) serta perkiraan adanya 90 balung Rangkong gading yang beredar.

Semakin terancamnya kelestarian Rangkong gading ini menjadi keprihatinan yang besar bagi para ahli rangkong di dunia. Itu pula sebabnya maka salah satu acara penting dalam Konferensi Nasional Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia, yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 4 hingga 6 Februari 2016 yang akan datang, adalah membicarakan serta mencari langkah-langkah kongkrit bagi upaya pelestarian rangkong di Indonesia. Semoga saja para ahli dan praktisi pelestarian alam dapat segera menentukan langkah-langkah apa yang harus segera diambil untuk menjaga kelestariannya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER