Jakarta, CNN Indonesia -- Perkenalkan, namanya Collin. Dia adalah anak dari latar belakang Tionghoa-Jawa dan beragama Kristen. Tapi dia punya cerita menarik soal toleransi dalam keberagaman.
Keluarga Collin mengikuti program SabangMerauke, sebuah program pertukaran pelajar. Selama tiga pekan keluarga ini merawat Iman, peserta SabangMerauke dari Halmahera, Maluku Utara. Iman beragama Islam.
Selama tiga pekan, Iman hidup satu atap dengan Collin dan keluarganya yang berbeda latar belakang itu. Collin bilang, selama itu mereka benar-benar melatih toleransi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Collin mengatakan, program itu memberikan dampak baik bagi keluarganya juga bagi Iman. Selama bulan Ramadan, meski Collin dan keluarganya tak berpuasa, mereka ikut membangunkan Iman saat sahur tiba dan mengingatkan anak itu supaya tak melewatkan waktu sembahyang.
Collin sendiri mengaku belajar banyak dari Iman. Salah satunya ia belajar bersyukur atas apa yang dimilikinya.
“Aku hobi melukis tapi sempat berhenti. Karena terinspirasi Kak Iman, aku mulai melukis lagi untuk menggalang dana. Aku melelang lukisan-lukisanku dan hasilnya disumbangkan untuk SabangMerauke, supaya bisa bantu orang-orang seperti Kak Iman yang lain.” jelasnya. Sampai sekarang, mereka masih berkomunikasi lewat Facebook dan Collin juga berharap suatu hari nanti bisa mengunjungi kampung halaman Iman.
(ded/ded)