Jakarta, CNN Indonesia -- Sarasati Windria tidak sedang bergurau. Ia yakin terhadap kemampuannya, sebelum pada akhirnya ia melakoni studi doktor di usianya yang masih belia.
“Panggil saya Saras saja,” ujar gadis riang itu sambil memesan greentea milk di bilangan Jalan Gejayan, Yogyakarta.
Pembawaannya percaya diri. Gadis kelahiran Surabaya, 9 Juli 1989 ini penuh semangat ketika bercerita calon disertasinya tentang pengembangan deteksi mastitis pada kambing. Mastitis adalah peradangan payudara, biasanya karena infeksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saras adalah peserta Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang digawangi Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti.
Usai merampungkan pendidikan profesi dokter hewan di Universitas Airlangga, ia lantas melanjutkan studi doktoral melalui percepatan doktor ini di jurusan Ilmu Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
“Saya digembleng untuk riset secara mandiri, berkutat dengan teori dan laboratorium, dibantu promotor,” jelasnya, yang memiliki target untuk menghasilkan teori baru tentang diagnosis penyakit pada kambing.
Tak pernah terbayang di benak Saras, ia akan sampai pada jenjang akademik tertinggi. Sempat putus asa ketika akan melanjutkan sarjana karena faktor ekonomi, tak menyurutkan langkahnya untuk mengejar mimpi menjadi dokter hewan.
Bagi Saras, mencari peluang melalui informasi di laman-laman kementerian itu penting. Cara ini ia tempuh sehingga ia berhasil mendapatkan kesempatan emas menempuh percepatan doktor.
Sepanjang tiga tahun menempuh berbagai mata kuliah dan riset, ia mengantongi indeks prestasi kumulatif 3,9. Karya akademiknya juga telah dimuat dalam dua jurnal ilmiah internasional terindeks
scopus. Salah satunya berjudul “Identification of Staphylococcus aureus and Coagulase Negative Staphylococci Isolates from Mastitis Milk of Etawa Crossbred Goat”.
Kini tinggal setahun lagi, ia akan meraih gelar doktor. Juni mendatang, ia akan menjalani program
sandwich di Universitas Hirosima, Jepang. Di sana, ia akan mendeteksi gen kambing di laboratorium untuk
cross spesies bactery. Tentu saja, pengayaan jurnal ilmiah bereputasi dalam program
sandwich itu akan membuat disertasinya menjadi lebih berbobot. Dan hampir dipastikan, di usia 27, Saras akan mengantongi gelar doktor dengan keahlian diagnosis
mastitis pada kambing.
(ded/ded)