Mengapa Anak-Anak Indonesia Mengalami Mental Block?

Bahariyani Mareza | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mar 2016 12:03 WIB
Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa 80 persen anak Indonesia memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri. Mengapa?
Ilustrasi (CNN Indonesia/Antara Photo/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menurut studi Mel Levin seorang profesor dari University of North Carolina Medical Center School, dalam bukunya yang berjudul The Myth of Laziness, bahwa kemalasan merupakan kegagalan seseorang melakukan fungsinya secara optimal.

Fakta mengejutkan muncul dari Kementerian Kesehatan RI yang mengungkapkan bahwa 80 persen anak Indonesia memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri. Pemikir negatif dapat disebut dengan mental block, yaitu mudahnya berputus asa dan enggan membangun diri.

Sayangnya kebiasaan mengulang kebiasaan buruk serta minimnya kesadaran pola pikir menjadi mindset anak-anak Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai studi sederhana, Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 lalu mengeluarkan survei bahwa Indonesia berada dalam peringkat ke-65 dari 65 negara yang memiliki pemetaan kemampuan sains, matematika, dan membaca. Atas peringkat yang rendah tersebut banyak pihak yang menyayangkan apa yang pelajar Indonesia alami.

PISA membandingkan kemampuan pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, dan menghasilkan fakta yang menyayangkan bahwa pelajar usia 15 tahun Indonesia tidak memiliki kemampuan matematika, sains dan bahasa yang sesuai dengan usianya atau tiga tahun lebih lambat dari kemampuan anak-anak dari negara lain.

PISA mengungkapkan bahwa 42 persen anak Indonesia usia 15 tahun belum dapat menyelesaikan soal matematika mudah seperti melakukan interpretasi literal dari hasil data yang disajikan seperti nilai-nilai yang ada pada diagram. Hanya 0,3 persen siswa yang dapat menguraikannya.

Kebanyakan siswa bereaksi enggan menyelesaikan soal yang tidak membuat mereka tertarik dan mengacuhkan.

Hal tersebut bukan mengartikan anak-anak Indonesia bodoh dalam hal berhitung, namun adanya faktor block mental yang membuat siswa cenderung berpikir negatif ‘tidak bisa’ dan enggan menguraikan masalah sederhana semacam soal matematika.

Bukan berarti tidak mahir, namun mental mereka lambat untuk menguraikan dan menyelesaikan masalah. Begitupula dengan minat membaca yang menunjukkan Indonesia masih menduduki peringkat ke-dua dari bawah.

Hasil survei tersebut juga telah menarik perhatian Menteri Pendidikan Anies Baswedan dan menganggapnya sebagai acuan yang baik bagi pelajar Indonesia untuk berpacu dengan negara lain yang memiliki sumber daya manusia yang sangat baik. Tentunya kebijakan-kabijakan solutif akan diambil untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa.

Tapi ada fakta lain yang menarik lho dari survei PISA. Bahwa 95 persen siswa Indonesia ternyata merasa senang bersekolah. Jauh dari anak-anak di Singapura yang hanya memiliki presentase 60 persen.

Tapi Elisabeth Pisani seorang jurnalis yang telah lama tinggal di Indonesia justru mengkhawatirkan fakta tersebut. Dia kuatir siswa tidak menyadari bahwa sistem pendidikan yang buruk telah membuat mereka senang berangkat ke sekolah. Dan itu akan menjadi faktor kegagalan mereka meningkatkan kemampuannya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER