Karang pun Bisa Sakit, Begini Cara Memantau Kesehatannya

Rudyanto | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mar 2016 13:12 WIB
Terumbu karang itu makhluk hidup juga, jadi bisa saja terkena penyakit. Bagaimana cara memantau kesehatannya?
Terumbu karang di Raja Ampat. (moodboard/Thinkstock)
Bogor, CNN Indonesia -- Sebagai negara yang didominasi oleh laut, Indonesia dikenal sebagai jawara keanekaragaman hayati laut dunia. Soal laut begini, baik ikan maupun karang, tidak ada yang mengalahkan kekayaan laut Indonesia.

Di dalam ekosistem laut, ekosistem terkaya adalah ekosistem terumbu karang. Seperti pernah saya tulis dalam artikel berjudul “Karang Bukan Batu” yang diterbitkan pada tanggal 12 Februari 2016, karang bukan batu, Karang (Coral) yang ada di laut itu bukan pula tumbuhan, tetapi hewan yang individunya (polyp) membentuk koloni besar.
Jika manusia mempunyai rangka atau tulang yang dibungkus daging, pada karang keadaannya terbalik. Rangka hewan ini membungkus bagian lunaknya. Karena bagian kerasnya ada di luar inilah, maka karang lantas dianggap sebagai batu.

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang sangat rumit, di mana semua unsur biotik (makhluk hidup) dan abiotik (benda tak hidup) saling berinteraksi dan perubahan yang terjadi pada satu unsur akan mempengaruhi unsur-unsur lainnya. Misalnya, kenaikan suhu air laut dapat menyebabkan hewan karang “pingsan” bahkan mati. Sama halnya jika kadar keasaman air laut naik, maka kematian karang sudah menunggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengingat fungsi terumbu karang yang antara lain untuk melindungi kawasan pesisir, berperan dalam siklus unsur-unsur di bumi, serta sebagai rumah bagi ikan dan banyak jenis hewan laut lainnya, maka perubahan yang terjadi para terumbu karang akan membawa dampak merugikan yang sangat besar. Mengingat sebagian besar ikan laut yang kita konsumsi hidupnya tergantung akan keberadaan terumbu karang, maka sakit atau rusaknya terumbu karang sama dengan menghancurkan persediaan makanan laut kita.

Salah satu tempat di Indonesia di mana ekosistem terumbu karang dikenal masih baik dan sehat adalah di perairan Kabupaten Raja Ampat, yang sudah terkenal ke seluruh dunia dengan keindahan alam bawah lautnya. Dari luas laut Kabupaten Raja Ampat sekitar 4 juta hektare, sekitar 1 juta hektare di antaranya ada di dalam Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Raja Ampat.

Sebagai salah satu upaya untuk mengelola kekayaan dan keindahan bawah laut ini, diadakan pemantauan akan kesehatan karang dan kondisi ikan-ikan yang ada. The Nature Conservancy (TNC), salah satu organisasi yang bergerak di bidang pelestarian alam, telah bekerja bersama-sama dengan pemerintah daerah di Raja Ampat sejak awal tahun 2000-an untuk pelestarian keanekaragaman hayati bawah laut di Raja Ampat.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh TNC bersama pihak pengelola kawasan konservasi (Unit Pelaksana Teknis Daerah - Badan Layanan Umum Daerah Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat atau biasa disingkat UPTD Raja Ampat) adalah dengan melakukan kegiatan pemantauan kesehatan karang secara berkala. Purwanto, Conservation Science Speciealist dari TNC mengatakan bahwa pada tahun 2016 ini, kegiatan pemantauan kesehatan karang di Raja Ampat ini akan dilakukan di wilayah Kofiau pada tanggal 21-31 Maret 2016.

Purwanto yang akan menjadi team leader untuk kegiatan ini juga menambahkan bahwa TNC dalam pelaksanaan pemantauan kesehatan karang selalu berkolaborasi dengan mitra di Raja Ampat dan untuk kegiatan di Kofiau ada 10 orang yang akan terlibat, selain dari TNC adalah dari UPTD Raja Ampat, Universitas Negeri Papua, Universitas Diponegoro, dan Reef Check Indonesia.

Kepulauan Kofiau terdiri dari sebuah pulau utama (Kofiau Besar) dan 42 pulau-pulau lebih kecil dan meliputi luas 170 ribu hektare. Kofiau sangat istimewa karena terletak di tengah kepulauan Raja Ampat, dan terpisah oleh laut dalam dari ke empat pulau utama di Raja Ampat (Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool).

Kofiau memiliki keragaman hayati yang tinggi. Purwanti menerangkan bahwa survei ekologi yang dilakukan di tahun 2002 mencatat 174 jenis karang, bahkan seorang ahli taksonomi ikan berhasil mencatat 284 jenis ikan karang dalam satu penyelaman. Beberapa Cetacean (paus dan lumba-lumba) juga telah terlihat di perairan Kofiau, antara lain Paus pembunuh, Paus “false killer”, Paus pilot, Lumba-lumba “bottlenose”, Lumba-lumba “Spinner”, dan Lumba-lumba “spotted”.

Sejak tahun 2009 sampai 2011, TNC telah melakukan pemantauan kesehatan karang setiap tahun untuk penyusunan rencana zonasi dan rencana pengelolaan. Kemudian setelah zonasi ditetapkan, monitoring dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali, untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan dan sistem zonasi (kecuali 2013 dan 2014 karena untuk kepentingan evaluasi kegiatan Pride Campaign di Kofiau). Laporan hasil pemantauan yang dilakukan dari tahun 2009 hingga 2011 yang diterbitkan oleh TNC untuk wilayah Kofiau menunjukan bahwa komunitas ikan di Kofiau dalam kondisi baik karena adanya, namun biomasa ikan menurun sejak tahun 2009 hingga 2010, karena adanya penangkap ikan secara intensif oleh penangkap ikan dari luar kawasan ini pada Desember 2009 sampai Januari 2010.

Jumlah hiu pada tahun 2011 juga lebih sedikit dibandingkan dengan 2009 dan 2010 karena adanya penangkapan hiu secara besar-besaran di Kofiau dan di Raja Ampat pada umumnya. Ada 3 spesies hiu yang tercatat hidup di perairan Kofiau yaitu: Carcharinus melanopterus, Trianodon obesus dan Nebrius ferrugineus. Sementara untuk karang, tidak ada perubahan penutupan yang menyolok antara 2009 hingga 2011.

Dalam kegiatan pemantauan kesehatan karang 2016 nanti, para peneliti akan melakukan banyak penyelaman untuk melihat jenis, kondisi, dan luas penutupan karang selain juga memantau biomasa jenis-jenis ikan di terumbu karang yang ada di wilayah Kofiau. Dari kegiatan ini akan dapat dilihat tingkat kesehatan karang di wilayah Kofiau dan apakah ada perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan pemantauan sebelumnya. Data ini sangat penting artinya bagi upaya pengelolaan kawasan konservasi. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER