Jakarta, CNN Indonesia -- Bermain video game adalah kegiatan favorit anak-anak. Namun pengaruhnya terhadap kesehatan sering kali dianggap negatif. Walau demikian menghentikan kecanduan video game bukanlah hal mudah bagi anak-anak.
Orang tua tidak perlu berlebihan menanggapinya karena di balik dampak negatifnya yang merugikan kesehatan, terdapat pula sisi positif yang dapat membantu perkembangan kognitif anak.
Sebuah studi oleh para peneliti di Columbia Mailman School of Public Health dan Paris Descartes Universitas, mendapati ada hubungan antara waktu yang dihabiskan saat bermain video game dengan kesehatan mental anak-anak, dan keterampilan kognitif sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi ini mendapati bahwa bermain video game dapat memiliki efek positif terhadap anak muda. Penelitian ini telah dipublikasikan secara
online dalam jurnal Psychiatry Sosial and Psychiatric Epidemiology.
Setelah disesuaikan untuk usia anak, jenis kelamin, dan jumlah anak, para peneliti menemukan bahwa penggunaan video game yang tinggi, mengakibatkan kemungkinan 1,75 kali meningkatnya fungsi intelektual dan 1,88 kali kemungkinan meningkatnya kompetensi sekolah secara keseluruhan.
Para peneliti juga menemukan bahwa anak yang suka bermain video game dikaitkan dengan masalah kurangnya hubungan dengan rekan-rekan mereka. Sehingga mereka memilih bermain game. Berdasarkan laporan orang tua, satu dari lima anak-anak bermain video game lebih dari 5 jam per minggu.
Hasil itu berdasarkan data dari proyek School Children Mental Health Europe untuk anak-anak usia 6-11 tahun. Kompleksitas games membuat pemainnya memiliki kesempatan untuk menguraikan masalah dan membuat keputusan sendiri agar memenangkan kompetisi dan maju ke level berikutnya. Hal tersebut dapat membantu kemampuan belajar anak agar dapat lebih kompetitif di kelas.
Selain itu, butuh ketepatan koordinasi mata dan tangan yang melatih anak untuk konsentrasi. Tetapi dampak yang paling dapat terlihat adalah video games dapat membuat anak merasa senang dan puas.
Agar dampak positif tidak berubah menjadi negatif, baiknya aturan waktu yang cukup juga perlu diterapkan agar aktivitas sehari-hari seperti belajar dan berinteraksi sosial juga tidak ditinggalkan.
(ded/ded)