Benci Sekolah tapi Cinta Edukasi

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 12 Mei 2016 14:56 WIB
Berbeda dengan edukasi. Pengetahuan dapat didapatkan di mana saja, lewat apa saja, dan kapan saja.
Ilustrasi (White77/Pixabay)
Yogyakarta, CNN Indonesia -- Sekolah dan edukasi adalah dua hal yang berbeda tapi saling melengkapi. Tanpa sekolah kita masih bisa mendapat pendidikan tapi tanpa pendidikan, sekolah hanyalah ruangan beratap yang dipenuhi anak-anak. Dari SD, SMP, hingga SMA guru sejarah selalu mengajarkan hal yang sama.

Peristiwa Rengasdengklok, bagaimana bung Karno membacakan proklamasi (termasuk jam dan tempat), dari masa penjajahan Portugis sampai Jepang. Kita tidak pernah diajarkan ada pelanggaran HAM di Tanah Papua atau bahkan pembunuhan massal anggota PKI yang sudah jelas terjadi.

Setiap Senin para pelajar dipaksa upacara bendera, membaca Pancasila. Padahal tidak benar-benar tahu Indonesia. Mungkin ini kenapa banyak anak muda yang bosan datang ke sekolah. Capek mendengar teori-teori membosankan yang kemungkinan besar tidak akan dipakai di tempat kerja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan edukasi. Pengetahuan dapat didapatkan di mana saja, lewat apa saja, dan kapan saja. Dari buku, Youtube, koran atau dari orang-orang terdekat. Salah satu media yang paling ampuh sebagai 'pendidik' adalah film.

Bukan guru sejarah yang mengajarkan holocaust pada saya tapi film The Pianist. Bukan buku sejarah yang menggambarkan peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi dengan deskriptif, namun The Diary of Anne Frank, Amba, Pulang, dan First They Killed My Father.

Karena itu, menurut saya jauh lebih penting mencintai pendidikan itu sendiri daripada sekolah. Nilai-nilai yang didapat di sekolah hanya kumpulan angka. Informasi dan pendidikan tidak memiliki batas tidak ada tolak ukur. Tidak ada kata tamat atau lulus. #LombaMenulisHardiknas (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER