Mengubah Bangkai Binatang Menjadi Karya Seni

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 15 Jun 2016 15:58 WIB
Di Bandung ada pegiat seni instalasi yang mengubah bangkai binatang jadi karya seni yang menarik.
Hanya ilustrasi. (pixa-kems/Pixabay)
Purwakarta, CNN Indonesia -- Seni instalasi merupakan salah satu jenis seni konseptual yang berkembang setelah revolusi Perancis. Seni ini menggunakan medium yang tidak konvensional dan tidak terbatas, objek apa pun dapat menjadi karya seni. Di Bandung, ada seorang pegiat seni instalasi yang menggunakan bangkai binatang sebagai medium, yaitu Abbyzar Raffi.

Pria yang memiliki panggilan Abby ini mulai tertarik untuk masuk ke dunia seni instalasi sejak terdapat buku-buku medis dan peralatan bedah di toko barang antik milik orang tuanya. Untuk merealisasikan ketertarikannya itu, ia mulai mencari bangkai-bangkai binatang di got, jalanan, bahkan tong sampah. Secara otodidak ia mempelajari ilmu biologi khususnya tentang pengawetan yang kemudian ia terapkan ke medium karya seninya. Ia mengawetkan bangkai binatang menggunakan metodologi biologi, yaitu pengawetan kering dan pengawetan basah seperti taxidermy, articulating, dan mummification yang didukung dengan bahan-bahan kimia.

Hasil karyanya ia simpan di sebuah tempat bernama Annuit Terra Laboratory yang telah berdiri selama dua tahun. Laboratorium miliknya tersebut berada di daerah Cihanjuang, Bandung. Terdapat banyak hasil karya seni yang dipajang seperti awetan kepala anjing, awetan burung, awetan kucing, awetan tikus, kerangka tulang ular phyton, dan lain-lain. Awalnya laboratorium tersebut hanya dikerjakan sendiri, namun sekarang memiliki anggota untuk pembagian tugas. Melalui Annuit Terra, ia ingin memperlihatkan kolaborasi antara sains dan seni secara abstrak dan ekspresif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria kelahiran Bandung ini pernah mengadakan workshop pembedahan dan beberapa kali pameran. Berkat keterampilannya, ia pernah diundang untuk memberi materi di jurusan Rekayasa Kehutanan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, padahal ia masih berstatus sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual ITENAS. Berdasarkan ceritanya saat ditemui pada Sabtu (28/5) di Annuit Terra, ia tidak mau seni dianggap urakan sehingga ia membawa ide bagaimana sains atau ilmu pengetahuan bisa merealisasikan seni.

Karya seninya yang menggunakan medium tidak konvensional itu tentu saja tidak mudah diterima oleh khalayak. Ada yang menganggap bahwa yang dilakukannya itu tidak pantas karena menggunakan binatang sebagai mediumnya. Untuk itu, ia ingin mengubah persepsi khalayak dengan menunjukkan bahwa awetan tersebut merupakan bangkai, bukan binatang yang masih hidup lalu dibunuh. Selain itu, ia juga sama sekali tidak menggunakan formalin untuk mengawetkan bangkai binatang. Seiring berjalannya waktu, karya seninya mulai dapat diterima oleh khalayak.

Menurut pria berambut gondrong ini, yang membuat ia percaya diri atas seni yang ia geluti ini adalah fokusnya pada medium dan bagaimana aplikasi pengolahan medium tersebut. Ia fokus pada material yang berbeda dan bagaimana mengeksplorasinya, bukan mengeksploitasinya. Dengan karya seninya pula, setidaknya ia dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan dari penyakit-penyakit yang dibawa bangkai binatang. Selain itu, ia dapat berbagi ilmu misalnya dengan mengadakan open house dan chamber of education. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER