Jakarta, CNN Indonesia -- Tepat 77 tahun yang lalu, pada 17 Juni 1939, Gubernur Jendral Sloet van de Beele meresmikan sebuah cagar alam di kawasan utara Jakarta. Kala itu Jakarta masih dikuasai Belanda.
Cagar alam tersebut kemudian berganti nama menjadi Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA). Awalnya luas SMMA ini mencapai 15,04 hektare, kemudian diperluas hingga 1.344,62 hektare pada 1960.
Seiring perjalanan waktu, suaka margasatwa ini rusak sehingga perlu direhabilitasi. Meski suaka margasatwa ini yang terkecil di Indonesia, keberadaannya dinilai penting karena masuk dalam titik pelestarian burung di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jakarta Green Monster mencatat bahwa terdapat sekitar 91 jenis burung yang mendiami suaka tersebut. Sebanyak 28 adalah burung air, 63 burung hutan, dan 17 burung yang dilindungi.
Jenis burung yang sering dijumpai antara lain adalah pecuk-padi kecil (
Phalacrocorax niger) dan cangak (
Ardeola spp). Beberapa di antaranya merupakan burung khas hutan bakau seperti halnya sikatan bakau (
Cyornis rufigastra). Selain itu, SMMA juga menjadi rumah bagi perenjak Jawa (
Prinia familiaris).
Suaka margasatwa ini tidak dibuka untuk umum. Jika kalian penasaran ingin mengunjunginya harus ada izin tersurat yang bisa diperoleh di Jalan Salemba Raya no. 9 Jakarta Pusat.
Tetapi jangan khawatir, tidak jauh dari lokasi suaka terdapat hutan mangrove Jakarta dan Taman wisata Alam Angke Kapuk yang cocok untuk wisata keluarga.
Agar bisa sampai di lokasi ini kalian bisa menaiki transjakarta koridor 1 dan turun di halte Monas. Kemudian berganti ke BKTB (Bus Kota Terintegrasi Busway) yang mengarah ke Pantai Indah Kapuk, kemudian turun di Yayasan Tzu Chi. Setelahnya lokasi sudah tidak jauh.
(ded/ded)