Jakarta, CNN Indonesia -- Kalau pernah menyaksikan animasi Pokemon yang sempat populer di tahun 90an, tentu banyak anak-anak saat itu yang terobsesi dengan petualangan Ash Ketchum yang mencari poket monster dan mempertarungkannya dengan kepunyaan lawan.
Dua dekade kemudian Pokemon kembali muncul dalam bentuk game virtual yang menggunakan teknologi geolocation. Secara nyata, siapa saja dapat berburu poket monster dan berlaga layaknya trainer Ash Ketchum.
Sejak dirilis sebulan yang lalu, game ini langsung menaruh perhatian dan telah diunduh 7 juta kali di Amerika Serikat. Belum sampai di Indonesia, tetapi aplikasi ilegalnya telah dimainkan ribuan gamers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terbukti banyak orang terobsesi dengan game ini. Alasan sederhananya, anak-anak penggemar Pokemon di tahun 90an saat ini telah beranjak dewasa. Dirilisnya game bertajuk petualangan animasi Pokemon, tentu seperti obat rindu dan mengingatkan pada mimpi lama untuk menjadi trainer handal.
Bukankah banyak bermunculan protes di perkantoran di Amerika, yang merasa keberatan dengan kebiasan baru karyawannya sibuk mencari Pokemon? Tetapi para gamer itu bergeming.
Game ini menyasar pengguna dewasa, baik yang dahulu merupakan pecinta animasi Pokemon dan yang bukan. Belum ada data soal pemain anak-anak. Mungkin karena dua dekade lalu mereka belum lahir dan masih asing dengan aturan main game bertajuk petualangan ini.
Permainan Pokemon Go itu menantang, karena mengharuskan penggunanya hilir mudik berburu monster di tempat-tempat yang tak terduga.
Selain itu mendorong penggunanya semakin penasaran dan berambisi mengumpulkan seluruh mosternya.
Sudah berapa monster yang telah kamu kumpulkan?
(rkh/rkh)