Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki masa sekolah mungkin menjadi masa paling panjang untuk anak. Ia akan menghabiskan hampir separuh dari harinya untuk bersekolah. Belum lagi jika mereka diberi PR dan harus menyelesaikannya di rumah. Waktu istirahat dan bermain yang harusnya didapatkan saat di rumah justru hilang.
Mengapa terlalu banyak PR dapat memberi pengaruh negatif pada anak?
Ini karena mereka tidak punya waktu untuk menjadi anak-anak lagi. Terlalu banyak tugas hanya berakhir merepotkan, bukan menjadi pengalaman positif dan konstruktif. Kebanyakan PR juga mempengaruhi kehidupan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak anak-anak yang melewatkan waktu untuk makan malam bersama keluarga. Satu-satunya interaksi yang mereka miliki bersama orang tua adalah ketika mengerjakan PR yang tak jarang melibatkan adu argumen.
Apa tanda ketika anak sudah terlalu keberatan?
Ketika ia mulai membenci sekolah dan histeris ketika mengerjakan PR, itu bisa menjadi salah satu tandanya. The National Education Assosiation merekomendasikan, anak-anak memiliki sepuluh menit per tingkat kelas setiap malam untuk mengerjakan PR. Apapun di atas itu, dirasa berlebihan.
Intinya anak akan lebih baik dalam memahami ketika diberi waktu untuk menyelesaikan 5 konsep permasalahan, dibanding harus bekerja melewati 50.
Apa yang bisa orang tua lakukan?
Pertama, bicara pada guru dengan asumsi bahwa dia ingin yang terbaik untuk anak. Sering kali guru tidak menyadari malapetaka apa yang disebabkan dari PR yang ia berikan. Bila itu tidak berhasil, coba berbicara pada kepala sekolah tentang keprihatinan anda. Dia mungkin setuju dan menerapkan perubahan kebijakan atau perlu melibatkan orang tua lain dan pergi ke dewan sekolah.
(rkh/rkh)