Jakarta, CNN Indonesia -- Pokemon Go adalah video game yang masih banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Kalau di awal bicara soal hebohnya permainan ini, belakangan ini dibicarakan mengenai penurunan pengguna game ini.
Pokemon Go adalah permainan yang mengadopsi teknologi AR alias
augumented reality. Game ini diciptakan oleh John Hanke, sosok yang sudah memperhatikan dunia online game sejak masih duduk di bangku sekolah.
Pada tahun 1996 John menciptakan sebuah MMO (Massively Multiplayer Online game) pertama yang ia beri nama Meridian 59. Lalu ia menjual game tersebut kepada 3DO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut John Hanke, ada tiga hal yang akan didapatkan oleh pemain game Pokemon Go, yakni: olahraga, mengenal daerah sekitar, dan berinteraksi dengan pemain lainnya.
Game ini membuat para pemain, disebut juga trainer, rela memasuki semak-semak belukar sampai nyebur ke kolam hanya untuk menemukan Pokestops (sebutan untuk monster pokemon). Bahkan ada juga yang rela kehilangan pekerjaannya demi memainkan game ini.
Tapi Pokemon Go tak lepas dari kontroversi. Diduga, Niantic selaku pengembangnya, dapat mengumpulkan data-data penting pemain seperti alamat email, alamat IP, nama pengguna bahkan lokasi di mana pemain berada saat memainkan game tersebut, berdasarkan kebijakan privasi game Pokemon Go ini.
Di sisi lain, pemainnya terkadang tidak memperdulikan bahaya yang mengintainya karena lalai dan keasyikan memainkan permainan.
Data dari Axiom Capital Management juga menunjukkan bahwa popularitas game Pokemon Go pada pertengahan Juli hingga Agustus 2016 terus menurun. Pengguna aktif dan keterlibatan pengguna turun sekitar 30%.
(ded/ded)