Moewardi, Pejuang yang Hilang Tanpa Jejak

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2016 09:51 WIB
Saat akan melakukan operasi, tiba-tiba datang beberapa orang dan memerintahkan dokter Moewardi untuk keluar dari rumah sakit. Itu kali terakhir dia terlihat.
Keluarga Moewardi. (CNN Indonesia/Fitri Chaeroni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Moewardi tercatat dalam peristiwa Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tapi akhir hidupnya tak diketahui. Dokter yang sangat nasionalis ini hilang diculik entah siapa pada 1948.

13 September 1948. Dokter Moewardi berangkat dari rumah untuk bekerja. Ia sudah dijadwalkan untuk melakukan operasi pada seorang pasien di Rumah Sakit Jebres (saat ini RS Dr. Moewardi).

Saat itu, tercatat ada yang berbeda pada dirinya. Sesaat setelah mengucap salam perpisahan kepada sang istri, Susilowati, dia berbalik lagi dan berucap: “Dah sayang”. Sang istri menjawab: “Seperti masih penganten baru saja mas ini.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapa sangka, ini adalah salam terakhir dari Moewardi.
 
Saat akan melakukan operasi, tiba-tiba datang beberapa orang yang bersikap tidak sopan dan memerintahkan dokter Moewardi untuk keluar. Ada pasien terluka parah katanya. Kebesaran hati dan jiwa sosok Moewardi yang telah ditempa semenjak kecil hingga dewasa, akhirnya ia menuruti apa yang diminta orang-orang tak dikenal itu.
 
Siapa menduga, ternyata semua itu hanya omong kosong belaka. Moewardi digiring dan dimasukkan ke sebuah mobil hijau di halaman rumah sakit Jebres. Itulah terakhir kalinya dokter Moewardi terlihat. Sampai saat ini keberadaannya tak diketahui. Di mana jasadnya, di mana makamnya. Tak ada yang tahu.
 
Moewardi meninggalkan seorang istri dan 8 orang anak. Dimata anaknya, Moewardi adalah sosok teladan yang sayang keluarga. Hal ini juga dirasakan oleh Witjaksono Moewardi, anak ke-tujuh dokter Moewardi.
 
Meskipun ketika kejadian hilangnya sang ayah ia masih kecil, Ibunya masih sering menceritakan kisah-kisah hidup sang ayah. “Meskipun tidak ada ayah, tapi ayah selalu ada di hati kita. Kita rasanya punya ayah,” kata Witjaksono pada CNN Student, beberapa hari lalu.
 
Banyak sifat-sifat dari sang ayah yang ia pelajari dari cerita sang ibu. “Kesungguhan, ketekunan, kerjasama, cinta pada orang lain, menghargai orang lain, rendah  hati. Itu sifat-sifat beliau satu paket. Cerita-cerita itu selalu ada di cerita Ibu, jadi kami anggap beliau selalu ada memberi nasihat kepada kita. Ya itu sifat ayah ideal. Meski sibuk dengan urusan negara, beliau masih menyempatkan waktu untuk keluarga,” katanya.
 
Dokter Moewardi dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.190 tahun 1964, tertanggal 4 Agustus 1964.

Saat ini Museum Sumpah Pemuda tengah melakukan pameran tentang ketokohan dokter Moewardi. Pameran ini berlangsung dari 20 hingga 28 Oktober 2016 di Museum Sumpah Pemuda Jalan Kramat Raya No.106, Senen, Jakarta. Kamu bisa datang untuk melihat kisahnya lebih lengkap.

Sudah sepantasnya kita menghargai jasa para pahlawan. Mereka tak segan berkorban, bahkan nyawa dan keselamatan diri mereka sendiri. Dari mereka kita bisa belajar pengabdian, nasionalitas, pengorbanan, perjuangan, dan sifat-sifat baik lainnya kan. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER