Jakarta, CNN Indonesia -- Entah faktor apa yang paling berpengaruh terhadap merosotnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan anak muda. Saat ini penggunaan bahasa Indonesia sudah jarang ada yang sesuai dengan aturan. Anak muda saat ini cenderung tidak menggunakannya mungkin karena terlalu terkesan formal dan kaku untuk dipakai sehari-hari.
Ternyata tak hanya anak muda yang mulai enggan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahkan para praktisi, dosen, dan profesi tinggi lainnya mulai beralih dari penggunaan bahasa pemersatu bangsa itu ke bahasa asing. Kini, percakapan dan komunikasi mulai didominasi oleh bahasa asing, seperti Inggris, Mandari, Jepang, dan lain sebagainya. Eksistensi bahasa Indonesia di kehidupan semakin menurun dan memudar.
Menurunnya penggunaan bahasa Indonesia pun tidak hanya dalam pergaualan sehari-hari. Bahkan setingkat seminar dan proses belajar mengajar di dalam kelas pun kini sudah mulai dimasuki bahasa asing. Imbasnya, bagi orang-orang yang tak fasih berbahasa asing akan tertinggal berbagai informasi. Hal itu seolah-olah menggambarkan kita asing di negeri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca pada hal itu perlu adanya beragam terobosan yang dapat mengembalikan eksistensi bahasa Indonesia ke ranah kehidupan masyarakat. Tak hanya sekedar terobosan, cara-cara yang digunakan pun harus menarik, inovatif, dan memiliki nilai kreativitas yang tinggi. Melalui cara yang tidak membosankan dan menarik perhatian masyarkat, bahasa Indonesia tentunya akan lebih populer dan diperbincangkan publik.
Salah satu bentuk yang saat ini hadir di khalayak, khususnya anak muda adalah akun khusus di media sosial yang membahasa bahasa Indonesia. Melalui akun-akun ini, nilai edukasi terkait bahasa Indonesia diberikan ke masyarakat. Hadirnya akun-akun ini ternyata disambut baik oleh publik. Hal itu terlihat dari ramainya pengikut mereka di media sosial. Bahkan, salah satu dari akun tersebut mendapat juara dalam suatu perlombaan tingkat nasional.
Dalam akunnya, pemilik tidak hanya menjelaskan bahasa Indonesia. Mereka juga mengemas pesan informasinya secara menarik dan muda. Melalui desain-desain visual tertentu yang unik dan cantik, informasi terkait bahasa Indonesia menjadi lebih ringan dan mudah dipahami.
Anak-anak muda di balik akun-akun tersebut mampu memberikan wawasan dasar terkait bahasa Indonesia secara massive dan menyeluruh. Mereka mampu menyentuh kalangan-kalangan anak muda yang selama ini enggan berbahasa Indonesia yang baik dan benar ke akun-akun mereka di Line dan Instagram.
Serbahasa dan Makna SekataSalah satu akun yang terpopuler adalah Serbahasa atau seruan berbahasa Indonesia. Memiliki pijakan dasar dari Sumpah Pemuda tahun 1928, yakni Kami, pemuda dan pemudi Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, mereka hadir di Instagram.
Melihat budaya populer di masyarakat yang mulai mengikis penggunaan bahasa Indonesia, Serbahasa hadir di Instagram dengan sajian yang menyenangkan.
Pada awal kemunculannya, mereka melakukan survei kecil-kecilan ke warga sekitar kampus menguji kemampuan berbahasa Indonesia. Setelah itu, mereka akhirnya menjawab pertanyaan disurveinya tersebut di Instagram. Dari survei yang didokumentasikan melalui video tersebut terlihat, bahwa beragam istilah dari bahasa Indonesia sudah hilang dan kini kita umumnya akrab dengan istilah asing untuk menjelaskan suatu hal. Contoh istilah-istilah tersebut, yakni gawai, linimasa, dan pasti.
Selain melakukan survei dan menjawabnya secara benar, Serbahasa juga melakukan sesi Diskusgram pada malam hari. Melalui wadah Instagram, mereka menantang anak muda untuk berdiskusi mencari padanan kata dan istilah berbahasa Inggris. Respon dari adanya program ini pun cukup tinggi. Banyak orang yang ikut dan berpartisipasi dalam diskusi padanan kata “roadshow”. Nantinya, Serbahasa pada akhir sesi akan memberikan jawaban yang benar terkait padanan kata “roadshow”.
Serbahasa juga memiliki program yang interaktif kepada pengikutnya di Instagram. Mereka memiliki program #laporbahasa yang memungkinkan masyarakat melaporkan segala bentuk budaya ‘nginggris’ yang ditemukan. Budaka ‘ngingris’ tersebut berdasarkan Serbahasa ialah kebiasaan mencampuradukkan bahasa Inggris dalam segala hal berkonteks bahasa Indonesia. Hal itu tentunya memudarkan eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri.
Langkah pertama untuk berpartisipasi adalah masyarakat dapat menemukan segala bentuk budaya ‘nginggris’: foto, poster, cuplikan obrolan, rambu lalu-lintas, dan lain-lain lalu memfoto atau merekamnya. Setelah itu diunggah ke Instagram dan ditandai ke akun Serbahasa disertai tagara #laporbahasa untuk memudahkan pencarian.
Selain Serbahasa, terdapat pula akun lain yang keberadaannya meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia ke masyarakat, khususnya anak muda. Akun tersebut ialah Makna Sekata yang hadir di Instagram dan Line. Memiliki pengikut lebih dari 500, akun ini serupa dengan Serbahasa yang memberikan edukasi bahasa Indonesia secara lebih elegan dan menarik. Desain yang dihadirkan sederhana dan minimalis, membuat anak muda tertarik.
Akun ini umumnya membahas tentang arti kata dalam bahasa Indonesia. Ia banyak menampilkan istilah-istilah bahasa Indonesia yang jarang digunakan di percakapan sehari-hari. Selain itu, Makna Sekata juga memberikan kutipan-kutipan film berbahasa Indonesia yang memiliki nilai sastra cukup tinggi. Tak hanya film, akun ini juga membagikan kutipan-kutipan indah nan sarat makna dari beragam buku. Petikan puisi pun tak luput dihadirkan Makna Sekata dalam media sosialnya untuk meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia.
Pada momentum hari kemerdekaan Indonesia yang lalu, Makna Sekata mencoba lebih berinteraksi dengan pengikutnya di media sosial. Mereka melemparkan sebuah tantangan kepada publik dengan bahasan: arti “merdeka” versi diri masing-masing. Sedangkan pada awal September lalu, Makna Sekata juga hadir membahas makna akronim kepada masyarakat. Beragam akronim yang malang-melintang digunakan publik, seperti “tilang”, “sinetron”, dan “jarkom” maknanya diberitahu melalui akun yang didominasi warna hitam tersebut di tiap desainnya.
Optimisme bahasa IndonesiaKedua akun tersebut hadir seakan memotret realita saat ini di anak muda. Di tengah zaman yang semakin maju dan memudarkan eksistensi bahasa Indonesia, masih ada segelintir anak muda yang berjuang mempertahankan bahasa pemersatu bangsa tersebut. Mereka memberikan semangat optimisme bahasa Indonesia ke kehidupan yang modern saat ini. Melalui cara yang unik dan inovatif, bahasa Indonesia mampu kembali hadir dan dekat di masyarakat.
Berkaca pada hal tersebut, perlu adanya berbagai terobosan baru yang mengikuti zaman dalam edukasi bahasa Indonesia. Tidak melulu diajarkan secara formal dalam kelas atau forum-forum resmi, bahasa Indonesia sudah selayaknya kini dikemas dengan cara yang fleksibel dan menarik. Zaman yang dinamis dan semakin modern harus mampu diikuti oleh eksistensi bahasa Indonesia yang terus ada. Rasa bangga dan memiliki dalam berbahasa Indonesia perlu terus dibangun dengan berbagai cara.
Kalau kita tidak berbahasa Indonesia, lalu siapa kita?
*Mahasiswa Prodi Jurnalistik, Fikom Unpad
(ded/ded)