Jakarta, CNN Indonesia -- Media mainstream baru-baru ini telah melakukan pergerakan baru untuk menggantikan manusia dengan robot dalam aktivitas jurnalisme. Aktivitas yang disebut “automated journalism” atau jurnalisme automatik ini akan memproduksi/menulis berita sebagaimana halnya manusia.
Yang berbeda hanyalah pelakunya bukanlah manusia melainkan robot. Hal ini dilakukan karena penggunaan robot dinilai lebih efektif dan efisien. Namun timbul pertanyaan, akankah robot bisa memproduksi berita sebagus dan semenarik manusia.
Menurut Prof. Martin Loffelholz, dalam kuliah umumnya bertajuk “The Transformation of Journalism in an Era of Digitalizatioin and Globalization”, jurnalisme automatik bukanlah ancaman. Ia beranggapan bahwa peran manusia dalam jurnalisme belum bisa digantikan robot karena ada beberapa cara penulisan dan pencarian berita yang membutuhkan passion dan subjektivitas serta kedalaman pemahaman manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robot belum bisa melakukan hal itu. Adanya robot malah bisa menjadi sebuah kesempatan untuk jurnalisme agar bisa lebih berkembang.
Serupa dengan Prof. Martin, Claire Wardle, dari Tow Centre for Digital Journalism mengatakan bahwa ada aspek dalam jurnalisme yang berulang dan membosankan. Seperti berita tentang finansial, hasil pertandingan, yang tidak membutuhkan kemampuan jurnalisme khusus untuk menulisnya. “Jurnalisme automatik akan membuat jurnalis bisa melakukan pencarian berita yang lebih mendalam dan menarik. Sementara hal yang membosankan akan dilakukan oleh robot.”
Munculnya teknologi ini memang membawa ketakutan tersendiri pada mereka yang berkecimpung di dunia media. Robot dinilai bisa menggantikan peran manusia dalam aktivitas jurnalisme.
“Ada sebuah penelitian tentang dua berita yang dibuat oleh masing-masing manusia dan robot, dan sebagian besar responden tidak bisa membedakan siapa yang membuat berita yang mana. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa tipe berita yang sangat mudah susunannya, formulanya sama, siapa pun bisa membuatnya,” ujar Claire.
Namun masih ada banyak jenis berita dan investigasi yang sulit dilakukan, bahkan oleh manusia. Hal ini berarti robot belum bisa mengambil alih pekerjaan jurnalis keseluruhan.
Intinya manusia harus tahu, bagian mana yang memang bisa diambil alih oleh robot dan bagian mana manusia harus melakukannya. Manusia juga harus mengerti data yang terstruktur. Karena semakin terstruktur sebuah data, akan lebih mudah untuk memproduksi berita yang luar biasa. “Jangan menganggap ini sebuah akhir bagi jurnalisme, tapi anggaplah ini sebagai kesempatan untuk melakukan jurnalisme yang jauh lebih bagus lagi,” ujar Claire.
(ded/ded)