Jakarta, CNN Indonesia -- Kamu mungkin pernah mendengar tentang kebutaan wajah, gangguan neurologis yang tidak bisa disembuhkan yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mengenali wajah, bahkan keluarga atau teman-teman. Ini mempengaruhi sekitar 2,5 persen dari populasi dunia, atau 1 dari 50 orang.
Selain hal ini, ada pula yang namanya
super recognizer. Individu-individu berbakat yang ingat orang yang mereka temui atau yang hanya mereka lihat sebentar, serta orang-orang tidak mereka lihat selama beberapa dekade yang penampilannya mungkin telah berubah.
Meskipun para peneliti belum tahu berapa banyak orang yang memiliki kemampuan pengenalan wajah ini, perkiraan awal menunjukkan bahwa seperti kebutaan wajah, 1 dari 50 orang memiliki keterampilan ini. Begitu hasil sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers di Psikologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sebuah artikel yang ditulis oleh Sarah Bate, Ph.D., para peneliti di Bournemouth University di Inggris meneliti 254 pemuda dan menyelidiki bagaimana terjadinya
super recognizer di antara mereka.
Telah lama diketahui bahwa cara optimal untuk memproses wajah melibatkan penggunaan strategi pengolahan
"configural" atau "holistik". Hal ini melibatkan mata melihat secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan semua fitur wajah dan jarak antara mereka.
Menariknya, pada semua recognizer ditampilkan pengolahan
configural pada setidaknya satu tugas. Gerakan mata mereka saat mereka melihat wajah-wajah juga dipantau.
Saat sebagian besar peserta menatap mata,
super recognizer menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat hidung. Ada kemungkinan bahwa posisi pandang yang lebih sentral ini mempromosikan optimal strategi pengolahan
configural.
Bate juga menuturkan, menjadi
super recognizer tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau kemampuan yang unggul pada tugas-tugas visual atau memori. Namun, mungkin ada hubungannya dengan gen, seperti bukti menunjukkan kemampuan turun-temurun.
(ded/ded)