Pendidikan Dambaan

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 21 Feb 2017 10:22 WIB
Berkaca dari Finlandia, sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Foto: robarmstrong2/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak akan habis rasanya jika berbicara tentang pendidikan. Berbagai skandal dan kasus banyak yang sudah menjadi perbincangan khalayak ramai. Pemberian 20 persen alokasi pendidikan dalam APBN pun nyatanya belum juga dapat menyelesaikan berbagai masalah yang muncul di dunia pendidikan.

Berbagai macam kurikulum pun telah diujicobakan, bahkan hampir disetiap pergantian menteri, kurikulum pendidikan Indonesia pun ikut berganti. Dinilai sebagai jalan terbaik untuk mencari sistem pendidikan yang cocok, berbagai pergantian kurikulum ini justru perlu dikulik keefektifannya.

Pada ranah pembuatan kebijakan, kurikulum memang sangat mudah diubah, diatur, hingga di rombak sedemikian rupa. Terlihat mudah memang jika dilihat dari kacamata para pembuat kebijakan, namun nyatanya, berbagai macam perombakan ini mulai menuai permasalahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lapangan, setiap pergantian kurikulum harus dijalani oleh berbagai macam lapisan masyarakat dengan awal merasakan ‘culture shock’ dari kurikulum yang baru diberlakukan. Kebiasaan untuk mencontoh apa-apa yang sudah di jalankan di tahun-tahun sebelumnya, merupakan salah satu penghambat penerimaan kurikulum terbaru. Hingga sering terdengar saat ini masyarakat mengatakan “Oh, sekarang sudah tidak seperti dulu”. Jika sudah seperti ini, lalu apa solusi dari ‘Pencarian Pendidikan Dambaan’ ini.

Jika belajar dari sistem pendidikan di Finlandia (sebagai pemilik sistem pendidikan terbaik di dunia), kurikulum pendidikan sebenarnya bukan sesuatu yang begitu krusial untuk diubah, namun yang harus dijadikan fokus pemerintah adalah bagaimana membangun sebuah instansi pencetak calon guru dengan kualitas baik dan mumpuni untuk diterjunkan ke lapangan. Lantas, apakah guru yang menjadi salah satu tonggak tercapainya keberhasilan pendidikan suatu negara? Jawabannya Ya.

Finlandia sendiri selama 16 tahun siswa bersekolah, siswa hanya akan dihadapkan oleh satu ujian khusus saja yaitu saat mereka lulus dari sekolah menegah atas. Semua itu dilakukan karena, menurut ideologi pendidikan Finlandia, seorang gurulah yang paling tahu mengenai kemampuan dari masing-masing murid dan penilaian kemampuan ini tidak bisa digantikan oleh sebuah tes.

Ideologi pendidikan Finlandia menganggap semua murid itu pintar dan spesial. Tidak ada sistem peringkat sama sekali di dalam satu kelas. Bahkan guru-guru di Finlandia menganggap bahwa jika ada salah satu siswa yang belum berhasil menguasai satu materi pelajaran, maka yang bersalah bukanlah siswa, namun guru yang salah dalam penyampaian pengajarannya.

Kunci kesuksesan pendidikan di suatu negara ialah seorang guru, dan bukan yang lain. Tak perlu lagi mengubah kurikulum satu ke kurikulum yang lain, namun kualitas dari masing-masinng gurulah yang harus diperbaiki.

Maka dari itu, yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama ialah bagaimana mendukung pemerintah untuk mendirikan sebuah instansi pendidikan yang mencetak guru-guru terbaik, agar kelak dapat merubah pola sistem pendidikan komando yang selama ini masih dijalankan, menjadi sebuah sistem pendidikan yang memanusiakan manusia dan dapat mencetak para siswa dengan masing-masing keahlian dan kecerdaasannya.

Akhirnya, saat semua guru di Indonesia telah tercetak menjadi guru-guru dengan kualitas terbaik, maka ‘Pendidikan Dambaan’ bukan lagi angan-angan, hingga dapat mewuudkan Indonesia yang mandiri dalam persaingan global. Ini yang kita harapkan.

Oleh : Aprillia Lusiana
Fakultas Ekonomi – UNJ 2013 (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER