Jakarta, CNN Indonesia -- Belakangan ini teh hijau atau
green tea menjadi sangat populer di kalangan masyarakat khususnya remaja dan orang dewasa. Tidak hanya dalam bentuk teh saja, namun terdapat banyak inovasi-inovasi produk makanan dan minuman yang menyediakan varian rasa
green tea. Mulai dari donat, roti, biskuit, permen, coklat, hingga makanan tradisional seperti martabak pun tersedia dalam rasa
green tea.
Teh hijau merupakan nama teh yang dibuat dari daun tanaman teh (
Camellia sinensis) yang dipetik dan mengalami proses pemanasan (
steaming) untuk mencegah terjadinya oksidasi
enzimatis dari enzim
polifenol oksidase. Sehingga teh hijau memiliki kandungan
katekin lebih tinggi dibandingkan jenis teh lainnya.
Konsumsi dari teh hijau populer di negara-negara Asia. Keterkaitan konsumsi teh hijau dengan aktivitas anti-inflamatori, anti-proliferasi, dan anti-atherosklerotis telah menjadikan ekstrak teh hijau sebagai suplemen, nutrasetikal, dan pangan fungsional (Armoskaite et al 2011).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polifenol adalah antioksidan yang sangat kuat, salah satu fungsinya dapat mengatasi radikal bebas yang merupakan molekul sangat tidak stabil yang berada dalam tubuh. Wan et al (2008) menyebutkan bahwa
polifenol pada teh, khususnya
katekin dan
theaflavin, dapat menjalankan aktivitas antioksidan terutama melalui pengikatan radikal bebas, ion logam transisi kelat, dan modulasi oksidan atau antioksidan enzim untuk gen.
Menurut Brannon (2007), teh hijau merupakan minuman yang banyak mengandung
fitokimia, di antaranya adalah
polifenol, yang merupakan bagian dari
flavonoid. Teh hijau (
Camellia sinensis) telah dikenal sebagai sumber antioksidan potensial yang bermanfaat untuk kesehatan karena dalam daun teh mengandung senyawa antioksidan.
Karakteristik teh hijau dikenal dengan kandungan
polifenol flavonoid yang tinggi dengan 20-30% dari berat keringnya adalah
katekin. Enam kelompok utama
katekin adalah
epicatechin (EC),
epigallocatechin (EGC),
epicatechin gallat (ECG),
epigallocatechin gallat (EGCG),
gallocatechin (GC),
gallocatechin gallat (GCG).
Yashin et al (2011)menyebutkan bahwa
epigallocatechin gallat (EGCG) merupakan
katekin paling dominan dalam teh hijau yang dapat mencapai hingga 50% dari berat
katekin. Rohdiana (2012) menyatakan bahwa aktivitas EGCG menyumbang 32% dari potensi antioksidan.
Stres dan beban pikiran yang mengganggu kesehatan mental bisa datang kapan saja, dan di mana saja. Apalagi, sebuah studi dari Carneigh Mellon University menyebutkan bahwa stres dapat menurunkan sistem imun tubuh, dan akhirnya menimbulkan penyakit.
Akibatnya, aktivitas kita pun jadi terganggu. Jika stres menyerang, pilihlah untuk meminum teh hijau dibanding
soft drink apalagi minuman yang mengandung alkohol. Banyak sekali kandungan di dalam teh hijau yang sangat baik untuk kesehatan seperti
katekin yang dapat mencegah radikal bebas dan menyehatkan mata.
Ada juga asam
amino thenine yang dipercaya dapat menenangkan otak. Dr. Kaijun Niu dari Tohoku University Graduate School of Biomedical Engineering Jepang menemukan fakta bahwa kakek nenek yang mengonsumsi 4 gelas teh hijau sehari jarang mengalami depresi, sekalipun mereka hanya tinggal sendirian jauh dari kerabat dan teman.