Krisis Daya Kritis

CNN Indonesia
Selasa, 04 Apr 2017 10:20 WIB
Tren Skip Challenge ini melahirkan tanda tanya besar, ke mana minggatnya daya kritis remaja?
Foto: Thinkstock/RyanKing999
Jakarta, CNN Indonesia -- Timbul sebuah keresahan yang belakangan ini mengusik pikiran kita manakala mengamati fenomena tren hastagh #SkipChallenge yang diikuti remaja dunia maya kian hari kian memprihatinkan. Setelah puas mengikuti Bus Challenge dan Mannequin Challenge—tantangan diam bak patung dalam beberapa menit, kini tengah hit tantangan baru di kalangan remaja yang sangat membahayakan. Mereka menyebutnya Skip challenge (SC) atau Pass Out Challenge.

Lebih dari sekedar dituntut bergaya seperti patung, permainan fisik ini membuat sang penantang mengalami gangguan otak dan bahkan kematian. Pasalnya, penantang disumbat pernafasannya dengan cara menekan dada dengan sangat keras selama beberapa waktu sehingga asupan oksigen ke otak tiba-tiba terputus. Akibatnya, penantang akan mengalami sensasi pingsan dan kejang-kejang selama beberapa saat. Sensasi itulah yang mereka cari dan membuat para remaja merasa tertantang.

Sementara itu, di Amerika Serikat, permainan serupa dikenal dengan choking game yaitu mencekik diri menggunakan tangan sendiri atau alat bantu. Ironisnya, dalam banyak kasus berakhir dengan kematian. Menurut Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ada 82 orang berumur 9-19 tahun tewas akibat tantangan maut tersebut yang diikuti mayoritas laki-laki. Tapi herannya, meski berpotensi besar mengancam keselamatan jiwa tapi remaja dengan bangga mempertontonkan kekonyolannya secara berjamaah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas apa motif yang membuat mereka rela mempertaruhkan nyawa demi sebuah ketenaran di jagad maya? Tren Skip Challenge ini juga melahirkan tanda tanya besar, ke mana minggatnya daya kritis remaja?

Tantangan Kebodohan
Definisi Skip challenge bukan sebatas uji adrenalin bermain fisik dengan mendorong dada sekuat tenaga, namun lebih tepatnya adalah permainan yang membuat penantang mengabaikan kerja akal sehat mereka. Tak ada bedanya dengan tantangan kebodohan. Dengan viralnya aksi tersebut, remaja mendadak berlomba-lomba mengimitasi tanpa ada upaya mengkritisi. Bagi mereka itu hal yang menyenangkan sekaligus menegangkan dalam satu waktu. Dan bahkan, sebagian dari remaja tidak tahu bahayanya. Yang mereka mengerti masa remaja adalah masa yang tepat untuk menantang diri, terutama bagi laki-laki. Maka dalam kerangka berpikir mereka, tak ada salahnya mencoba segala sesuatu sekalipun menyerempet bahaya.

Di sisi lain, tak sedikit motif mencobanya hanya untuk memuaskan rasa penasaran bagaimana sensasi pingsan sesaat. Bahkan, ada pula karena faktor sulit menghindari tuntutan sosial di lingkup pertemanannya akhirnya ikut-ikutan apa yang sedang hit. Mereka takut dianggap cemen atau tidak gaul jika tidak ikut mencoba. Sampai ada slogan yang menjadi legitimasi seseorang belum keren kalau belum upload skip challenge. Apalagi ketika video yang diunduh mendapat banyak like dari remaja selainnya, ini semakin membuat mereka tak terlena. Tak ada sedikitpun upaya penolakan. Di sinilah tergambar konkret gejala krisis daya kritis remaja.

Sikap remaja yang hanya mengutamakan aspek kesenangan belaka dalam mengikuti tren tantangan sangat disayangkan. Padahal sudah jelas dalam Q.S Al-Isra ayat 36 Allah menegaskan larangan umat muslim untuk tidak mengikuti apa yang tidak kita ketahui. Karena pada dasarkan setiap yang kita dengar, lihat dan rasakan akan dimintai pertanggungjawabannya. Artinya, setiap perbuatan itu tidak bebas nilai begitu saja sesuai kehendak remaja. Allah telah menganugerahi sebuah akal sebagai alat untuk mengolah data agar tak salah langkah, tapi sungguh disesali potensi itu justru seperti dimatikan.

Menyebabkan Hipoksia
Berdasarkan analisis dari ketua Kardiologi dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, BRM Ario Soeryo Kuncoro, menunjukkan bahwa tren skip challenge amat berbahaya karena bisa membuat pemainnya mengalami hipoksia—kondisi sebagian atau seluruh tubuh kekurangan oksigen. Hipoksia bisa terjadi karena dipicu oleh keadaan kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Saat memainkan SC, tekanan pada dada akan menekan dan mengambat kerja jantung untuk memompa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya bisa merusak organ tubuh dan bisa berujung pada kematian. Kita tentu tidak menginginkan kematian yang sia-sia, bukan?

Begitupun ketika kita membiarkan remaja terus terjangkiti virus demam skip challenge sama halnya kita mempertaruhkan nyawa dan harapan generasi masa depan. Sebab, menurut penuturan Taufiq Pasiak seorang ahli neuronatomi menyoroti bahwa hipoksia adalah kondisi fatal. Lebih dari lima detik saja, seseorang akan koma dan kerusakan otak permanen.

Jika otak adalah bagian yang diserang, tentu potensi emas generasi muda akan hilang. Semua proses keberlangsungan hidup terpusat di sana mulai dari proses berpikir, pengendalian diri hingga kepribadian. Gangguan ini berbeda dengan orang yang kecanduan narkoba. Jika SC memicu hipoksia sedangkan narkoba mengganggu keseimbangan kimiawi otak. Jika potensi akal remaja sudah hilang lantas bagaimana nasib harapan bangsa yang ada di pundaknya? Tentu kita harus secepat mungkin membalikkan keadaan.

Tak ada cara lain selain membangun dan meningkatkan sikap kritis pada jiwa remaja. Itu menjadi kunci utama untuk membentengi mereka dari lingkungan yang berpotensi membunuh karakternya. Karena jika tidak, remaja akan cenderung bersikap atas dasar emosi semata. Menurut Psikolog anak dan keluarga di Klinik UI, Anna menyebutkan secara sistem perkembangan otak remaja, sistem limbik bekerja lebih ketimbang bagian korteks sebagai pengelola logika. Maka, kita perlu membiasakan mereka berpikir sebelum bertindak dengan memberikan data-data yang ilmiah. Setidaknya kita tidak mendoktrin mereka, melainkan membangun daya kritisnya.

Jangan sampai hilangnya sikap kritis mereka membuat semangat membangun bangsa menjadi terkikis. Semoga secepat mungkin kita bisa membalikkan keadaan dan kelak bisa melihat indahnya kontribusi karya remaja untuk bangsa Indonesia tercinta.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER