Sinema Pendidikan: Belajar Lewat Film

CNN Indonesia
Jumat, 28 Apr 2017 10:05 WIB
UKM Satu Layar Universitas Pendidikan Indonesia mengadakan pemutaran film pendek yang masuk Festival Film Pendek Internasional Chennai. Ini kisahnya.
Ilustrasi (Foto: AFP PHOTO / DOMINIQUE FAGET)
Jakarta, CNN Indonesia -- Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Satu Layar, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan acara pemutaran dan diskusi film pendek karya anak Indonesia yang masuk official selection dalam Festival Film Pendek Internasional Chennai. Film-film yang masuk itu antara lain adalah A Tree Growing Inside My Head, It's Not Your Home Anymore, Satu Jam (One Hour), Tuan (The One Who Can't Be Moved), dan Pangreh (The Silent Mob).

Festival Film Pendek Internasional Chennai adalah sebuah festival film pendek bertempat di Chennai, India dan festival ini selalu menjadi langganan atas karya-karya anak Indonesia.

Acara yang bertajuk “Sinema Pendidikan #2” ini dilaksanakan pada Minggu (16/4) di Ruang Audiovisual, Museum Pendidikan, UPI. Penonton tidak hanya berasal dari UPI, tetapi ada juga dari berbagai universitas di Bandung seperti Universitas Parahyangan (Unpar), Universitas Ahmad Yani (Unjani), Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk Sinema Pendidikan edisi tiga dan seterusnya, tidak hanya akan terbatas pada film-film yang masuk bioskop atau festival. “Kami tidak akan terbatas pada film festival saja karena film enggak harus masuk festival, baru bisa memberikan sesuatu pada penonton, sih.” ujar Bihar Jafarian, selaku ketua pelaksana Sinema Pendidikan. Hal tersebut mendorong UKM ini untuk membuat acara Sinema Pendidikan, yang tidak hanya untuk mengapresiasi film-film karya anak bangsa, tapi juga dapat memberikan pendidikan melalui sebuah film.

Menurut Bihar, pendidikan tidak selalu terkesan belajar, kelas, membosankan, karena dari film kita juga bisa mendapatkan banyak pengetahuan, misalnya mendapatkan pengetahuan mengenai seperti ini lho ragam dan bentuk film Indonesia yang masuk festival film di Chennai.

Berhasil Menarik Perhatian
Suasana di ruangan yang menyerupai bioskop dalam versi mini ini sungguh ramai, penonton menduduki kursi yang sudah dipesannya dari jauh hari sebelum acara dimulai. Kursi yang berjumlah 53 itu memang sangat terbatas dikarenakan tempat yang tidak cukup memadai, hal ini menyebabkan acara dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama pada pukul 16:00 dan sesi dua pada pukul 19:00. Kedua sesi ini, semua kursi terisi penuh, tak ada kursi yang kosong.

“Kami membagi dua sesi karena ingin memberi pilihan waktu pada penonton. Belajar dari edisi kemarin jumlah total penonton melebihi jumlah kursi jika hanya satu sesi. Animo penonton juga sangat tinggi maka dua sesi pemutaran ini sangat membantu.” Ungkap laki-laki yang disapa Bihar ini.

Penonton terlihat sangat fokus dalam menonton film-film yang masuk ajang festival berskala internasional hingga ada yang menangis dan ada juga yang tertawa.

Film yang berhasil membuat penonton sedih itu adalah Satu Jam (One Hour) karya Muhammad Al Fayed (2016). Film itu bercerita mengenai hubungan ayah dan anak yang tidak pernah bermain bersama hingga akhirnya anaknya ingin membayar ayahnya agar bisa bermain bersama. Kisah yang disampaikan dalam film tersebut membuat hati penonton terkoyak, cerita memang mainstream (sudah biasa terjadi) tapi maknanya dapat tersampaikan secara jelas hingga ada seorang penonton yang meneteskan air mata.

Tidak hanya film yang membuat emosi terkoyak, ada juga film yang membawa tawa dari awal hingga akhir, yaitu It’s Not Your Home Anymore karya Roufy Nasution. Film yang berangkat dari kisah nyata sang Sutradara, Roufy ini mengenai anak rantau yang kuliah dan berjanji kepada ayahnya bahwa ia tak akan pulang sebelum meraih kesuksesan ini berhasil membuat penonton tertawa. Bukan hanya dari kisahnya, tapi dari pengemasan filmnya juga membuat penonton bahagia.

Dalam dua sesi ini, dihadirkan pembuat film atau filmmaker dari tiap film yang ditayangkan. Meskipun, tidak semua hadir. Filmmaker menjawab kebingungan penonton mengenai filmnya. Antusias penonton terlihat dari banyak yang mengacungkan tangan.

Lontaran pertanyaan diawali dengan apresiasi. Pertanyaan yang bermunculan banyak yang mengarah ke film Tuan (The One Who Can’t Be Moved). “Ingin membuat film yang diihat secara keseluruhan akan dinilai sebagai seni,” ujar Ali, produser film Tuan. Film Tuan ini adalah film tanpa dialog dan hanya menunjukkan simbol-simbol dalam menyampaikan pesan. Film ini menuai banyak pertanyaan, penonton banyak bertanya mengenai arti-arti dan alasan mengenai penggunaan tanda-tanda yang dipakai dalam film tersebut.

“Dengan adanya acara seperti ini, akan menambah wawasan juga seperti contohnya dalam berdiskusi kita dapat tahu persepsi orang-orang terhadap film ini dan film itu bagaimana. Serta kita juga tahu proses pembuatan film yang masuk festival internasional itu,” ungkap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad, Liza, ketika ditanya mengenai manfaat yang didapatkan dari acara Sinema Pendidikan.

Bihar mengharapkan dengan adanya Sinema Pendidikan ini penonton bisa mendapat kesempatan untuk menonton film-film yang susah dijangkau, baik itu film non-bioskop atau pun film yang masuk bioskop namun cuman tayang sebentar, sekaligus sebagai ajang untuk berdiskusi langsung dengan pembuat filmnya. Diskusi yang menghasilkan pengetahuan baru khususnya bagi sineas-sineas muda Indonesia.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER