Sajian Abstrak Mahasiswa Unpad

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2017 15:35 WIB
Sebuah lorong tiba-tiba muncul di selasar Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran tepatnya di kampus Jatinangor. Seperti sihir.
Kampus Unpad (Foto: Gugum Subagja/pembaca Detikcom)
Sumedang, CNN Indonesia -- Sebuah lorong tiba-tiba muncul di selasar Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran tepatnya di kampus Jatinangor. Seperti sebuah sihir, lorong itu membagi dua dirinya, dan mengangkat serta membingkai tiap karyanya.

“Ya, seperti sebuah sihir,” sahut Alex Sandra Kurniawan, mahasiswa jurusan Manajemen Produksi Media Fikom, yang menjadi pengunjung pada pameran Magica, sebuah pameran yang diselenggarakan oleh Kelompok Grafis Fikom (KGF). Dirinya mengaku hanya dengar bahwa akan ada pameran di Fikom dari temannya, tetapi ia tidak menyangka menemui pameran ini saat memasuki selasar Pascasarjana pagi itu.

Pameran Magica merupakan pameran pertama KGF di tahun 2017. KGF sendiri adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fikom dan merupakan satu-satunya UKM di Unpad yang berfokus pada kegiatan grafis dan desain. Tema yang diusung pada pameran kali ini adalah fantasi dengan pemberian dua sudut pandang yang berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan ini dapat terlihat jelas dari visualisasi suasana lorong pameran. Lorong yang menyambut pengunjung merupakan lorongan yang gelap. Kain hitam panjang membalut dinding lorong pameran, tak terkecuali langit-langitnya. Tiap dinding pameran dipenuhi dengan mata-mata yang melototi pengunjung. Keadaan gelap gulita ini tidak menyulitkan pengunjung yang datang untuk melihat, dengan bantuan lampu kecil atau kerap disebut lampu cabe, suasana lorong yang gelap terlihat sedikit lebih terang.

Pengunjung tidak hanya terbantu melihat, tetapi ikut larut dalam suasana lorong dan karya yang dipamerkan. “Efek lampu-lampu kecilnya, bikin suasananya makin bercampur,” jelas Nabila, mahasiswi jurusan Hubungan Masyarakat, saat ditanyai mengenai keadaan lorong pembuka pameran. Nabila sempat melirik pameran yang dibuka dari jam delapan. Namun, ia baru bisa mengunjungi pameran sihir ini sehabis pergantian kelas, tambahnya.

Ujung lorong gelap itu berganti menjadi sebuah lorong yang terang. Tanpa perlu berhati-hati melangkah, jalan terbuka lebar dalam lorong berbalut kain putih. Lorong ini dihiasi dengan beberapa gambar siluet peri di tiap dindingnya, menandakan pergantian sudut pandang dari tema fantasi. Tak hanya siluet peri yang muncul, rangkaian bunga yang menjulur menambah detail penting di setiap ruang kosong dinding putih tersebut.

“Ide terbagi dua lorong ini bertujuan untuk memberikan dua pandangan berbeda dari tema utamanya, yakni fantasi,” jawab Nurul, sambil memperlihatkan perbedaan kontras lorong pembuka yang gelap, dengan lorong berikutnya yang dominan putih.

Nurul tidak hanya menunjukan perbedaan kontras dari satu lorong dengan lorong lainnya, tetapi juga dari karya yang dipamerkan. Salah satu karya yang dipamerkan adalah karya milik Tira Santia, anggota KGF angkatan 2015. Karya dengan media digital ini, dapat ditemui di lorong yang merepresentasikan fantasi kegelapan. Karyanya memunculkan sesosok wanita, yang berlinang air mata. Namun, air mata yang turun membasahi pipi wanita ini berwarna pelangi, menandakan kesedihan dibalik megahnya warna-warni pelangi.

Meski karya-karya pameran yang digelar pada akhir April lalu itu, menghadirkan fantasi dari dua sudut pandang, dapat ditemui juga karya yang mengelitik dan membangkitkan kepekaan humor bagi yang melihatnya. Karya ini dapat ditemui di tengah lorong putih. Sebuah karya dengan teknik manipulasi media digital, menghadirakan monster Godzila dan Ultraman tengah melakukan pertarungan sengit di gedung Rektorat Unpad, Jatinangor. Dua karakter yang diketahui merupakan karakter monster dan superhero dari jepang ini, berhasil memunculkan gelak tawa pengunjungnya.

“Berbeda dengan tema pameran tahun lalu, anak-anak kali ini dapat seabstrak mungkin menjabarkan tema fantasi ini,” jawab Angga Septiawan Putra, Ketua KGF pada periode 2017 ini. Pameran yang diadakan pada tahun 2016 lalu, mengangkat tema nostalgia dengan fokus kenangan-kenangan pada era tahun 90-an. Ia mengaku, meski tema yang diusung saat itu juga dekat dengan bayangan anggota dan pengunjungnya, terdapat suatu batasan. Kebebasan dalam berekspresi semaksimal mungkin ini, baru ditemui lagi lewat Pameran Magica.

Wadah Inspirasi
Sajian abstrak yang telah dijelaskan Ketua KGF yang juga mahasiswa Program Studi (Prodi) Jurnalistik, setidaknya memberikan sedikit gambaran tentang kebebasan mengekspresikan diri. Ada karya yang benar-benar menvisualisasikan fantasi itu tersendiri, ada juga karya yang berhasil membuat gelak tawa pengunjungnya, dan bahkan keduanya.

“Pameran tidak hanya kami tujukan sebagai wadah karya anggota, tetapi juga sebagai wadah apresiasi,” sambut Nurul Ramadhan, Ketua Pelaksana Pameran Magica yang juga anggota penggurus KGF, bagian divisi Pengembangan Kreativitas.

Mengingat kembali tujuan adanya pameran adalah juga untuk menarik pengunjung untuk terjun ke dunia fantasi lewat karya-karya yang dipamerkan. Tanggapan positif, senyuman kekaguman dari tiap pengunjung, serta komentar yang tertulis sederhana di tiap karya yang terpajang, telah Nurul rasa berhasil mengkomunikasikan karya anggota KGF dengan para pengunjungnya.

Dalam menunjang kemampuan anggotanya, Angga beserta pengurus KGF, yang sering juga disebut kelompok gambar oleh warga Fikom ini, berusaha mengmaksimalkan tiap potensi yang ada. Hal ini juga menjadi salah satu program yang berada tanggung jawab divisi Pengembangan Kreatifitas.

“Kami juga melakukan gathering, yang isi kegiatannya memberikan pelatihan pada teknik terkait. Misalnya dalam menggunakan software digital, dan teknik lainnya,” lanjut Angga, sambil menceritakan program serta agenda KGF ke depannya.

Agus Setiaman, M.Ikom, selaku Manajer Akademik dan Kemahasiswaan Fikom, juga mengaku tengah mendapat tanggapan baik tentang kehadiran Pameran Magica. Ia merasa sudah seharusnya mahasiswa untuk lebih percaya diri untuk berkarya.

“Kalau sudah ada wadahnya, kami tentu siap bantu mengembangkan mahasiswa dalam berkarya,” jawabnya santai, saat di temui di ruang kerjanya yang terletak di gedung I Fikom. Ia mengaku kehadiran kegiatan UKM, tidak hanya menggerakkan mahasiswa untuk berkarya, tetapi juga para dosen yang ada di Fikom.

Di balik tegasnya mendisiplinkan mahasiswanya, Agus mengaku sangat mendukung kegiatan seperti Pameran Magica, ini juga harus dikembangkan lebih jauh oleh universitas sendiri. Ia merasa, memang pantas karya-karya mahasiswa dipajang serta dapat dilihat oleh mahasiswa serta warga Unpad. Kehadiran pameran ini, ia rasakan tidak hanya sebagai wadah apresiasi saja, tetapi juga sebagai wadah inspirasi bagi semuanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER