Hubungan Antara Evolusi dan Penyakit Diabetes

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2017 10:14 WIB
Penyakit diabetes yang menimpa manusia ternyata ada hubungan dengan kehidupan pada zaman purba. Apa hubungannya?
Ilustrasi gula (Foto: ariesa66/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Diabetes melitus merupakan penyakit yang muncul akibat organ pankreas tidak dapat menghasilkan hormon insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara efektif. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan organ pankreas untuk mengatur kadar gula dalam darah (glukosa).

Cara kerja hormon insulin yaitu membantu atau menstimulasi sel tubuh untuk menyerap glukosa dalam darah untuk diubah menjadi energi atau gula otot oleh sel-sel tubuh.

Diabetes melitus dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas menghasilkan hormon insulin. Ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin disebabkan oleh autoimun (sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh sendiri) tubuh yang menyerang sel-sel pankreas penghasil insulin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diabetes tipe 1 mengharuskan penderitanya menerima suntikan insulin setiap hari untuk mengatur kadar gula darahnya. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak dapat menggunakan hormon insulin secara efektif karena sel-sel tubuh kebal atau resisten terhadap hormon insulin. Penyebab utama sel tubuh resiten terhadap insulin karena tingginya jumlah lemak pada tubuh.

Lalu apa hubungannya antara jumlah lemak pada tubuh dengan sel tubuh yang resisten dengan insulin? Richard Johnson, seorang ahli ginjal dari University of Colorado menyebutkan bahwa penyebab utamanya adalah fruktosa. Fruktosa merupakan gula yang secara alami terdapat pada buah-buahan dan merupakan molekul komponen gula pabrik atau gula pasir yang kita tahu, yaitu sukrosa.

Satu molekul sukrosa tersusun atas satu molekul glukosa dan fruktosa. Fruktosa memiliki rasa lebih manis jika dibandingkan dengan glukosa, oleh sebab itu pada industri makanan dan minuman, fruktosa umum digunakan dalam bentuk sirup jagung kaya fruktosa atau high fructose corn syrup (HFCS) selain menggunakan sukrosa.

Jika teralu banyak mengonsumsi fruktosa, maka fruktosa dipecah organ hati menjadi lemak yang disebut dengan trigliserida. Lemak akan tertinggal di dalam hati dan pada jangka waktu tertentu hati akan dipenuhi lemak dan tidak berfungsi. Trigliserida akan banyak terdorong ke dalam aliran darah.

Seiring berjalannya waktu tekanan darah meningkat dan sel-sel tubuh resisten terhadap insulin. Akibat hal ini organ pankreas merespons dengan cara memproduksi lebih banyak hormon insulin. Hingga akhirnya terjadi kelainan metabolisme yang menyebabkan obesitas, tekanan darah tinggi yang menyebabkan perubahan metabolisme lainnya sehingga menyebabkan diabetes melitus tipe 2.

Glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan diproses oleh sel-sel seluruh tubuh, tidak seperti fruktosa. Glukosa yang berlebih pada aliran darah menyebabkan sel-sel tubuh resisten juga terhadap insulin sehingga menyebabkan diabetes melitus tipe 2.

Bagaimana cara mekanisme tubuh untuk memecah fruktosa seperti itu bisa terbentuk? Untuk memahaminya kita perlu meninjau nenek moyang manusia berdasarkan penjelasan Richard Johnson.

Dahulu sekitar 22 juta tahun lalu, nenek moyang manusia yang berupa kera dan berasal dari Afrika bertahan hidup dengan cara memakan buah-buah manis yang ada di pepohonan selama sepanjang tahun. Kemudian sekitar lima juta tahun kemudian sekelompok kera keluar dari benua Afrika menuju hutan hujan benua Eurasia. Saat itu terjadi musim dingin yang menyebabkan hutan gugur daun sehingga kera-kera tidak memiliki persediaan makanan buah-buahan yang manis.

Kemudian pada suatu saat terjadi mutasi pada kera, sehingga menyebabkan kera mencerna fruktosa menjadi efisien. Fruktosa dipecah menjadi lemak yang akan disimpan pada jaringan lemak (disebut juga jaringan adiposa) sebagai cara untuk bertahan hidup di musim dingin.

(Catatan: penjelasan Richard Johnson bersumber dari artikel berjudul “Manisnya Gula” oleh jurnalis Rob Runn dalam majalah National Geographic Indonesia edisi bulan Agustus 2013)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER