Terbukti Tak Ada Pribumi dan Nonpribumi di Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2017 11:24 WIB
Kata antropolog Kartini Sjahrir, istilah pri dan nonpri itu dari pemerintah kolonial Belanda untuk menguasai Nusantara melalui kebijakan devide et impera.
Para pembicara dalam Seminar Kebinekaan Warisan Budaya Nusantara, yang diadakan di Balai Agung Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (16/5). Dari kiri ke kanan: Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak, Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo, Dr. Kartini Sjahrir, dan Dr. W. Djuwita Sudjana Ramelan, M.Si (CNN Indonesia/Deddy S)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masih berpendapat ada orang pribumi dan nonpribumi? Penelitian lintas ilmu telah membuktikan bahwa secara genetika orang Indonesia sebetulnya tidak berasal dari nusantara, tapi asal usulnya bisa dijejaki sampai ke Afrika.

“Kita merupakan pencampuran genetika dan semua berasal dari Afrika,” kata Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo M.S. Ph.D, ahli genetika dari Lembaga Eijkman, dalam seminar Kebinekaan, Warisan Budaya Nusantara, yang diadakan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jabodetabek, di Jakarta, kemarin.

Herawati mengatakan meski merupakan pencampuran, presentasi genetika Austronesia lebih dominan di bagian barat Indonesia dan genetika Papua di kawasan timur. “Gradasi pembauran genetik ditemukan pada populasi Indonesia di barat maupun di timur,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herawati dan tim peneliti menganalisis 2.740 individu dari 12 pulau, 6 dari Indonesia barat dan enam dari Nusa Tenggara Timur (Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar, dan Timor). Ternyata ada pembauran intensif antara penutur Austronesia dan penutur Papua.

Jejak pembauran pun tampak pada produk kebudayaan. Kalau kalian perhatikan, ada banyak kemiripan produk kebudayaan dari kedua kelompok penutur itu. Misalnya arsitektur rumah, bangunan makam, pakaian adat, dan sebagainya.

Semua itu bisa dijejaki dari gelombang perjalanan migrasi manusia. Setidaknya ada empat gelombang migrasi manusia yang melintasi kawasan nusantara dari Afrika (out of Africa). Gelombang dan jalur perjalanannya berbeda, tapi asal usulnya tetap dari Afrika.

Arkeolog senior Profesor Dr. Harry Truman Simanjuntak, mengatakan migrasi utama Homo sapiens ke nusantara setidaknya terjadi pada 60.000 sampai 4.000 tahun yang lalu.

Kemudian terjadi migrasi kedua dari jalur barat, dari Asia Tengah daratan pada kurang lebih 4.300 tahun lalu. Disusul migrasi dari jalur timur Taiwan pada 4.000 tahun lalu.

Adapun manusia-manusia yang masih atau pun pernah menghuni nusantara, kata Harry, bermula dari manusia purba Homo erectus sejak 1,5 juta tahun lalu. “Tapi entah kenapa Homo erectus ini tidak berlanjut atau punah,” katanya.

Kemudian muncul manusia modern awal pada 60.000-12.000 tahun lalu (akhir zaman es). Berikutnya datanglah ras Monggolid Austroasiatik dan Austronesia sejak 4.300 tahun lalu sampai awal masehi.

“Sejak awal Masehi nusantara kedatangan berbagai ras dan etnisitas hingga makin memperkaya kebinekaan kita,” kata Profesor Harry. Itulah kenapa, kata Harry, konsep bineka tunggal ika yang disebut Mpu Tantular dalam Kakawin Sutasoma pada abad ke-14 Masehi adalah sesuatu yang niscaya dan tak boleh dirobek-robek.

Profesor Harry mengatakan kebinekaan adalah keniscayaan di bumi Indonesia. Sebab, sejak zaman prasejarah pun nusantara sudah menunjukkan berbagai perbedaan manusia dan kebudayaannya. “Indonesia tidak sekadar bineka, tapi bineka yang amat sangat,” kata Prof. Harry.

Dengan kedatangan berbagai ras manusia dan pencampuran genetika, yang dibuktikan oleh berbagai penelitian lintas ilmu, dari ilmu arkeologi, sejarah, antropologi, etnografi, kata Herawati, menunjukkan bahwa sebetulnya tak ada gen murni Indonesia.  

Sementara antropolog Dr. Kartini Sjahrir menambahkan bahwa kemajemukan adalah satu paket dari pendiri negeri ini, yang dijadikan sebagai konstruksi sosial Indonesia. “Istilah 'pri' dan 'nonpri' adalah istilah pemerintah kolonial Belanda untuk menguasai Nusantara melalui kebijakan devide et impera," katanya.

Antropolog ini mengatakan Indonesia tak bisa menjadi negara tertutup karena kemajemukan adalah sesuatu yang final di sini. “Yang mengatakan Cina-Cina, pribumi non pribumi, adalah sebuah kebodohan mendasar,” katanya. “Mereka lupa siapa dirinya, seperti Malin Kundang lupa pada ibunya.”
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER