Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memastikan bangkai hewan yang ditemukan di perairan Maluku bukanlah cumi raksasa, melainkan bangkai paus. Untuk memastikan hal itu sebelumnya, LIPI menurunkan tim peneliti ke lokasi penemuan bangkai yang berada pada koordinat 03˚20’56,8” LS, 128˚02’51,7” BT itu.
Tim yang dikirimkan terdiri dari Dharma Arif Nugroho (peneliti), La Pay (teknisi), dan Tri Widodo (teknisi). .Tim ini melakukan pengamatan, pengukuran, dan pengambilan sampel untuk uji laboratorium. Mereka melakukan observasi pada pukul 18.43 WIT ketika kondisi air laut surut. "Ini untuk memudahkan pengukuran dan pengambilan foto serta sampel dari tubuh hewan laut tersebut,” kata Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Augy Syahailatua dalam keterangan resmi, kemarin.
Data morfometri yang direkam menunjukkan bahwa bangkai hewan itu memiliki panjang tubuh 23,20 m, lebar tubuh 6,50 m, panjang sirip dada 2,80 m, panjang sirip ekor 1,74 m, lebar sirip ekor 0,59 m, lebar seluruh sirip ekor 3,33 m, panjang tulang rahang bawah yang tampak 5,30 m, panjang rahang atas 3,73 m, lebar rahang atas 1,35 m, panjang ruas tulang dekat ekor 0,27 m, dan panjang ruas tulang dekat punggung 0,70 m.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan secara visual, ciri karakter morfologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi hewan laut ini adalah sirip ekor, sirip dada, tulang kerangka tubuh, baleen yang terdapat pada rahang atas, guratan pada bagian dada dekat sirip dada. “Atas dasar ciri tersebut dapat dipastikan bahwa hewan laut yang terdampar adalah seekor Paus yang merupakan mamalia laut, sehingga informasi yang menyatakan bahwa hewan tersebut cumi raksasa adalah tidak benar,” kata Augy mengklarifikasi.
Adapun jenis paus yang terdampar tersebut cukup sulit untuk diidentifikasi karena bangkai yang tidak utuh lagi. Kesulitan dalam identifikasi ini juga dipengaruhi oleh posisi bangkai dengan bagian perut hingga dada berada di atas, sedangkan bagian punggung dan kepala berada di bawah.
Kendati demikian, secara umum berdasarkan karakter yang masih nampak jelas berupa bentuk sirip dada (flipper), bentuk sirip ekor (flukes), rahang atas (rostrum), gurat perut (ventralpleats) dan adanya baleen serta tulang mandible menunjukkan Paus tersebut termasuk dalam kelompok sub-bangsa (subordo)
Mysticeti, suku (family)
Balaenopteridae, marga (genus)
Balaenoptera.
Menurut Augy, penentuan jenis spesifik
species tidak dapat dilakukan karena posisi tubuh bagian atas (punggung/dorsal) berada di bawah, sehingga tidak bisa melihat bentuk dan jumlah lubang hidung (blowhole) serta bentuk sirip punggung (dorsal fin). Selain itu panjang guratan perut juga tidak jelas karena bagian perut sudah tidak utuh lagi. “Selanjutnya penentuan jenis paus menunggu hasil uji DNA dari sampel yang telah diambil,” ujarnya.
LIPI menyarankan pemerintah setempat segera menguburkan bangkai itu dan bisa mengoleksi kerangkanya nanti di kemudian hari. Cara lain, menenggelamkan bangkai itu ke area luar tubir pantai supaya tidak mengganggu ekosistem terumbu karang yang ada di sekitar tubir pantai.