Belajar dari Kegagalan Thomas Alva Edison

CNN Indonesia
Rabu, 19 Jul 2017 17:39 WIB
Alih-alih menjelaskan segala sesuatu kepada anak-anak di depan kelas, guru memilih jadi pemandu dari sisi. Mereka mendorong anak-anak menjadi Thomas Edison.
Ilustrasi (Foto ilustrasi oleh CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar seabad lebih yang lalu, penemu terkenal Thomas Alva Edison mengalami kegagalan besar. Selama 5 bulan dan 9.000 eksperimen, Edison masih belum bisa membuat baterai baru yang berfungsi.

Teman-temannya meledek dia habis-habisan. Tapi Edison melihat kegagalan itu dari sudut pandang yang berbeda. “Hasil? Mengapa? Saya sudah mencapai banyak hasil, saya akhirnya tahu beberapa ribu hal yang tidak berhasil,” katanya.

Seperti dilansir sciencenewsforstudents.org, pola pendidikan belajar dari kegagalan banyak diterapkan di institusi pendidikan dasar dan menengah, seperti di Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih menjelaskan segala sesuatu kepada anak-anak di depan kelas, guru memilih jadi pemandu dari sisi. Mereka mendorong anak-anak menjadi Edison, pemikir yang belajar dari usahanya a
lias learning by doing.

Diyakini bahwa ada banyak cara untuk memecahkan persoalan. Untuk mencapai hal itu, anak-anak akan membangun teori-teorinya sendiri kemudian mengujinya.

Tentu saja, banyak yang akan mengalami kegagalan seperti halnya Edison. Tapi yang jelas, mereka akan belajar dari kegagalan demi kegagalan itu sampai kemudian mencapai hasil yang benar.

Proses belajar seperti itu membuat anak justru belajar banyak. Dan mereka akan paling mengingat hal itu.

Cara belajar seperti ini sangat dianjurkan oleh Joe Levine, seorang guru biologi dan sains. Dia ini telah menulis sebuah buku teks biologi yang paling banyak digunakan di sekolah menengah di Amerika Serikat.

Levine mendapati, pembelajaran terbaik adalah dengan membiarkan murid membangun pertanyaan risetnya sendiri dan mengujinya. Murid yang belajar dengan cara ini cenderung akan lanjut mempelajari sains di perguruan tinggi.

Bagaimana cara menerapkan metode ini? Levine menyebutkan, guru ya harus belajar terlebih dahulu. Dia dan timnya menciptakan program pelatihan guru saban tahun di tengah hutan di Kosta Rika. Di tengah hutan ini guru-guru belajar seperti siswa-siswa mereka, membangun aneka model proyek ilmiah yang akan diterapkan di kelasnya nanti.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER