Mengenal Asgardia, 'Mimpi' Negara Merdeka di Antariksa

CNN Indonesia
Kamis, 27 Jul 2017 13:54 WIB
Asgardia dideklarasikan pada Oktober tahun lalu. Ternyata sudah ratusan ribu orang yang diterima jadi warga negaranya.
Asgardia menurut ilustrasi. (dok. asgardia.space)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asgardia, sebuah negara virtual yang dideklarasikan sejak Oktober 2016 lalu sudah memiliki banyak warga negara. Sampai hari ini sudah ada 278.715 orang yang sah menjadi Asgardian.

Dari Indonesia, ternyata sudah ada 8.687 Asgardian. 83 persen laki-laki dan 17 persen perempuan. Tersebar dari Provinsi Aceh sampai ke Papua.

Indonesia berada di urutan ke-8. Asgardian terbanyak adalah Turki dengan 41.520 orang, disusul China (39.352 orang) dan Amerika Serikat (34.100 orang).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Asgardia sendiri disebut dalam kisah Marvel, sebuah kota baru yang didirikan oleh Tony Stark setelah kejatuhan Kota Asgard.

Sedang Asgardia yang satu ini adalah ide ilmuwan Rusia bernama Igor Ashurbeyli, yang memimpikan adanya sebuah negara merdeka yang berada di luar angkasa.

Misinya adalah menciptakan masyarakat yang damai, punya akses yang gampang ke teknologi antariksa, melindungi Bumi dari ancaman luar angkasa, seperti asteroid atau sampah buatan manusia.

Asgardia akan membangun tempat di antariksa melalui serangkaian satelit. Satelit pertama adalah Asgardia-1, yang kabarnya bakal diluncurkan ke orbit pada 12 September 2017.

Satelit ini kecil saja, hanya seukuran sepotong roti dengan bobot 2,8 kilogram. Dia akan membawa 300 Kb data per Asgardian bagi 100.000 Asgardian pertama yang mendaftar dan diterima.

Setelah itu, 200 KB akan ditawarkan pada 400.000 orang berikutnya dan 100 KB untuk 1.000.000 orang berikutnya.

Data itu berupa foto keluarga, kata Ashurbeyli, seperti dikutip CNN baru-baru ini.

Kemudian, tim Asgardia berharap bisa membangun platform yang bisa dihuni manusia di orbit rendah Bumi, atau sekitar 161-321 kilometer dari antariksa, di mana lokasi Stasiun Antariksa Internasional (ISS) berada. Manusia pertama ke sana akan tinggal selama 8 tahun.

“Kami ingin memberikan peluang yang setara bagi siapa saja yang punya pemikiran, yang bisa melakukan sesuatu, untuk melindungi diri mereka,” kata Ashurbeyli.

“Rumah sesungguhnya kita bukanlah rumah atau kota di mana kita lahir. Rumah kita adalah Planet Bumi, dan kami ingin melindunginya,” kata dia lagi.

Siapa Ashurbeyli?

Sosok ini disebut-sebut akan membiayai sendiri proyek Asgardia dengan jumlah yang dirahasiakan. Dia kabarnya kaya raya, meski belum pernah masuk daftar orang terkaya di Bumi versi majalah Forbes.

Ashurbeyli, ilmuwan kelahiran Azerbaijan ini, lulus dari Azerbaijan State Oil Academy pada 1985 dan tiga tahun kemudian mendirikan Socium, perusahaan konsultan dan software. Kini Socium sudah menjadi perusahaan holding dengan lebih dari 10.000 karyawan.

Di Rusia, pada 2010, Ashurbeyli pernah dianugerahi penghargaan Russin State Science and Technology.    Tiga tahun kemudian dia mendirikan Aerospace Internasional Research Center di Wina dan kini dia menjabat sebagai pemimpin komite Science of Space di Unesco.

“Asgardia adalah mimpi saya sejak anak-anak,” tuturnya. “Saya ingin melakukan sesuatu yang tak biasa, saya ingin membangun sebuah negara independen.”

Asgardia akan mengajukan proposal menjadi negara yang diakui oleh PBB pada 2018 mendatang. Negara ini sendiri sedang mempersiapkan konstitusinya dan kepemimpinan.

Kalau Dewan Keamanan setuju, maka mereka perlu mendapat suara dari dua pertiga anggota Majelis Umum.

“Sebuah negara harus punya karakteristik: punya populasi permanen, wilayah yang sah, pemerintahan, dan kapasitas untuk berhubungan dengan negara lain,” tutur Joanne Gabrynowicz, pakar hukum antariksa dan profesor di Fakultas Hukum Institut Teknologi Beijing, kepada CNN. “Dan harus mendapat pengakuan dari negara lain juga.”

Asgardia sendiri mengakui dwi kewarganegaraan.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER