Jakarta, CNN Indonesia -- Besarnya biodiversitas (Keanekaragaman hayati) yang dimiliki oleh Indonesia belum terlalu dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah dan peneliti Indonesia. Padahal jika dapat dimanfaatkan sumber-sumber dari biodiversitas ini dapat bermanfaat dalam segala bidang baik bidang bioteknologi pangan, bidang kesehatan dan kedokteran serta bioenergi.
Untuk mengoptimalkan melimpahnya biodiversitas Indonesia yang sangat besar, Esa Unggul sebagai perguruan tinggi membuka jurusan bioteknologi sebagai sebuah program studi yang memaksimalkan dan mengoptimalkan penelitian tentang biodiversitas yang sangat besar di Indonesia.
Ketua Jurusan Bioteknologi Titta Novianti, S.Si. M.Biomed. mengatakan Prodi Bioteknologi di Esa Unggul sendiri memiliki tiga kekhususan penelitian terhadap berbagai bidang yang menyangkut biodiversitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya bioteknologi di Esa Unggul memiliki tiga ciri kekhususan, yang pertama itu kami mempelajari bidang bioteknologi pangan karena saat ini perkembangan bioteknologi pangan di Indonesia sangat berkembang, kedua bioteknologi kedokteran, karena bidang ini sangat mendesak dibutuhkan di Indonesia, banyak penyakit baru yang membutuhkan penelitian serius mengenai hal tersebut. Sehingga kami sangat
aware pada bidang bioteknologi kesehatan ini dengan menyiapkan beragam alat-alat kekinian menjawab tantangan zaman dan menyelesaikan berbagai macam penyakit," tutur Titta di Jakarta, baru-baru ini.
Bidang ketiga yang dibahas dalam bioteknologi di Esa Unggul ialah bioenergi. Titta melanjutkan, luasnya biodiversitas Indonesia yang terdiri dari lautan dan hutan dapat menjadi penelitian yang sempurna bagi bioenergi untuk mencari energi yang terbarukan dari keragaman hayati di wilayah Indonesia.
"Besarnya biodiversitas Indonesia di lautan maupun hutan dapat kita manfaatkan untuk mencari energi yang terbarukan karena potensi di Indonesia sangat besar dalam mencari energi tersebut," tutur Titta.
Untuk itu bioteknologi di Esa Unggul dalam proses perkuliahannya banyak melakukan praktik dan riset di laboratorium yang telah tersedia, hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa dapat lebih aktif di bidang praktikum karena lulusan bioteknologi diproyeksikan sebagai peneliti.
"Kami dalam perkuliahan lebih banyak praktik kira-kira hampir 50 persen lebih banyak
skill di lab, karena mereka nantinya akan dituntut dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
research dan
development serta
biotecth engineer, karena kajian kami seputar mikroorganisme dan entitas yang tak terlihat," ujar Titta.