Dihipnotis oleh Dokter Gigi

CNN Indonesia
Selasa, 03 Okt 2017 17:19 WIB
Takutkah kamu ke dokter gigi? Bagaimana kalau dokter gigi sekarang bisa menghipnotismu supaya tak ketakutan lagi? Simak ya.
Ilustrasi dokter gigi (Foto: CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
Bandung, CNN Indonesia -- Pepatah lama berkata lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Pepatah itu sudah basi dan jangan dipercaya lagi. Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi, sakit hati tak membuat sakit gigi. Kalau sakit gigi pasti membuat sakit hati kerena menahan rasa sakit gigi. Apalagi jika gigi harus dicabut, membuat hati dag dig dug takut.

“Bagi sebagian besar orang, pergi ke dokter gigi merupakan suatu hal yang menakutkan dan sebisa mungkin dihindari. Hal tersebut dikarenakan perawatan gigi selalu identik dengan penyuntikan, pengeboran, dan pencabutan yang pasti berhubungan dengan rasa sakit dan ngeri, dengan membayangkan alatnya saja membuat keringat dingin,” ujar seorang dokter perempuan.

Tidak perlu cemas, saat ini ada suatu metode untuk mengurangi rasa takut dan ngeri tersebut yaitu dengan hipnodontik. Sebelumnya mungkin kita juga sudah sering mendengar kata hypnosis. Namun, sayangnya selalu identik dengan tindak kriminal gendam, di mana dengan sekali tepukan di pundak, uang, perhiasan atau ponsel bisa melayang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang jika digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, hipnosis bisa disalahgunakan untuk tindak kejahatan. Tetapi jika digunakan untuk tujuan mulia hipnosis sangat berguna sekali bagi kehidupan manusia. Hipnosis juga sudah lama digunakan sebagai terapi penyembuhan dalam dunia kedokteran yang dikenal dengan hipnoterapi.

Ansietas dental atau kecemasan sebelum dan sesaat perawatan gigi merupakan respons psikofisologis yang bisa terjadi pada semua orang, ketika mendapat tindakan salah satunya pencabutan gigi dan dapat berdampak pada proses pengobatan, serta hasil tindakan yang akan diberikan tenaga profesional dokter gigi.

Hipnodontik adalah penerapan hipnosis dalam bidang kedokteran gigi. Tujuannya adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan perasaan takut dan tidak nyaman ketika akan melakukan perawatan gigi, yang selama ini masih menjadi momok bagi sebagian besar orang. Perasaan takut ke dokter gigi biasanya karena membayangkan alat-alat dan tindakannya yaitu suntik, bor, dan cabut walaupun sebenarnya perawatan gigi tidak sebatas ketiga hal tersebut. Penyebab lainnya bisa oleh juga trauma masa lalu karena pengalaman yang tidak menyenangkan ketika berobat gigi.

“Untuk menghilangkan sakit pada saat pencabutan dapat digunakan pendekatan farmakologi (obat-obatan/anastesi) dan pendekatan non-farmakologi yaitu, dental hypnosis,” ucap dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, drg. Gilang Yubiliana, M.Kes.

Ada seorang pasien, sebut saja namanya Nani seorang karyawati swasta, Nani datang dengan keluhan gigi geraham bawahnya, sebelah kanan berlubang dan selalu sakit, jika kemasukan makanan dan ingin ditambal. Ia mengaku pernah berobat ke dokter gigi. Namun, baru saja ia disuruh buka mulut dan diperiksa sudah terasa mual dan ingin muntah.

Setelah dilakukan anamnesa (wawancara) terungkap bahwa pada waktu SD dulu Ida pernah diajak orangtuanya ke dokter gigi untuk menambal giginya yang bolong. Karena waktu itu ia merasa takut ketika melihat alat-alat di ruang dokter gigi, dan juga takut untuk bilang tidak mau sama orang tuanya, maka ia pura-pura ingin muntah terus setiap diperiksa mulutnya sehingga berhasil membuat dokter gigi dan orang tuanya menyerah.

Ternyata setelah dewasa kebiasan ingin muntah itu tidak bisa hilang padahal ia ingin sekali merawat giginya. Akhirnya Gilang menawarkan untuk dihipnosis dan ia bersedia. Setelah diinduksi dengan kaca mulut pasien diberikan sugesti:
“Pandanglah benda berkilat ini….seluruh tubuh anda lemas…lemas tidak berdaya…pandanglah terus benda ini…..kepala anda mulai terasa berat…….kelopak matapun terasa berat…ya..bertambah berat…Anda mengantuk tak dapat ditahan…dst, sampai pasien mencapai kondisi terhipnosis.

Dalam kondisi terhipnosis kemudian diberikan lagi sugesti untuk menghilangkan trauma dan kebiasaan muntah-muntahnya : “Mulai saat ini…jika Anda terasa mual maka Anda akan mengepalkan tangan sampai mualnya hilang…dan setelah bangun Anda akan merasa segar serta rasa takut dengan alat-alat gigi akan hilang.”

Pada kunjungan pertama pasien mengaku sudah lebih rileks, namun ketika diperiksa mulutnya perasaan mual belum sepenuhnya hilang. Pada kunjungan berikutnya pasien berhasil mengendalikan rasa mualnya dengan mengepalkan tangan dan perawatan pun dapat dilakukan dengan lancar.

Kekuatan Pikiran Bawah Sadar
Tidak sulit untuk memahami bagaimana hipnosis dapat membantu terapi medis bahkan penyembuhan gangguan kesehatan. Otak manusia diciptakan dengan mekanisme yang luar biasa. Otak kiri (yang sering kita gunakan) dikendalikan oleh pikiran sadar, sementara otak kanan (yang masih banyak diabaikan potensinya) dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.

Menurut hasil penelitian, pikiran sadar di otak kiri mengendalikan sekitar 12 persen dari mekanisme perilaku manusia. Sebaliknya pikiran bawah sadar di otak kanan justru mengendalikan 88 persen.

Dengan metode hipnosis potensi pikiran bawah sadar itulah yang akan digali. Sebagai ilustrasi betapa hebatnya pikiran bawah sadar adalah ketika seseorang berada dalam keadaan sangat ketakutan misalnya karena dikejar anjing galak, maka ia akan bisa berlari melebihi kemampuan biasanya bahkan rintangan tembok setinggi tiga meter pun “tanpa disadarinya” dapat diloncati.

Proses hipnosis sangat berhubungan dengan aktvitas otak yang dibagi dalam beberapa tingkatan gelombang otak (brainwave), yakni gelombang beta yaitu kondisi normal atau kesadaran penuh (conscious mind), gelombang alpha dan theta yaitu kondisi otak dalam kedaan relaksasi, meditasi, dan hipnosa (hypnosis state) sering juga disebut pikiran bawah sadar (subconscious mind).

Gelombang yang terakhir delta yaitu dalam kedaan tidur normal. Sehingga dapat disimpulkan tujuan dari hypnosis adalah untuk membawa kesadaran seseorang dari kondisi pikiran normal (sadar) ke kondisi pikiran bawah sadar atau berpindah dari gelombang beta ke gelombang alfa dan pada kondisi tertentu dapat mencapai gelombang theta tapi tetap terjaga agar tidak mencapai gelombang delta.

Pada fase alpha-theta itulah kondisi hipnosa (hypnosis state) tercapai dan pada tahap ini dimasukkan informasi berupa sugesti-sugesti yang diharapkan. Misalnya untuk pasien yang begitu fobia ke dokter gigi bisa diberikan sugesti: “Mulai sekarang setiap akan pergi ke dokter gigi seolah-olah Anda akan pergi rekreasi”. Setelah pasien dibangunkan maka sugesti tadi sudah terbarukan dalam pikirannya sehingga ia dapat mengikuti apa yang dikondisikan oleh terapisnya.

Namun, untuk mencapai kondisi terhipnosis ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, seorang pasien atau subyek yang akan dihipnosis membutuhkan beberapa syarat, yaitu: menerima secara sadar dan sukarela tanpa paksaan serta dapat bekerjasama dengan terapisnya, mempunyai kemampuan menerima sugesti (susceptibility), dapat memusatkan pikiran dengan baik (focus), dan dibutuhkan suasana yang mendukung.

Biasanya tempat yang tenang serta dapat dibantu dengan musik yang sesuai. Sedangkan untuk men-switch pikiran sadar seseorang menuju pikiran bawah sadar disebut dengan tahap induksi. Terdapat beberapa metode namun yang paling sering digunakan yaitu teknik pemenatan mata, yakni mata subyek dibuat penat/lelah dengan disuruh konsentrasi pada obyek tertentu, seperti: cakram hipnosis (spinning disc), bola berkilat yang berayun-ayun, atau benda berkilat seperti kaca mulut dokter gigi.

Hipnodontik juga dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk mengerot-ngerot gigi pada waktu tidur (bruxism) yang kalau dibiarkan dapat menyebabkan gigi menjadi aus, ngilu, bahkan infeksi. Pasien yang banyak mengeluarkan ludah (hypersalivasi) pada saat perawatan gigi juga dapat dikendalikan dengan hipnodontik.

Mengurangi perdarahan yang berlebihan, bahkan anestesi atau pembiusan lokal untuk pencabutan pun dapat dilakukan dengan hipnodontik tanpa menggunakan suntikan sama sekali. Lalu setelah gigi tercabut dan pasien dibangunkan apakah tidak akan tiba-tiba terasa sakit? Tentu saja hal itu juga dapat diatasi dengan memberikan sugesti pasca hipnosis misalnya ia akan tetap tidak merasakan sakit selama 24 jam dan sebagainya.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap 46 orang pasien yang datang ke klinik Eksodonsia, di Jalan Kubang Sel, Lebakgede, Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat, oleh bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran tahun 2014.

Seluruh pasien yang datang memiliki gigi berakar tunggal dengan indikasi ekstraksi dan dibagi secara merata ke dalam 2 kelompok, yaitu 23 orang pada kelompok Satu (Dental Hypnosis) dan 23 orang pada kelompok dua (Dental Sedasi Inhalasi Sadar).

Berdasarkan perlakuan di atas, Gilang mendapatkan data berupa kadar hormon kortisol saliva (kadar kecemasan) sebelum dan sesudah perlakuan, nilai kualitas hidup sebelum dan sesudah perlakuan.

“Dari 46 sampel, semuanya berhasil. Hasilnya lebih efektif dengan dental hypnosis, karena proses dental hypnosis melibatkan alam bawah sadar pasien, kerjasama dengan pasien, untuk menurunkan kecemasan. Sedangkan, dengan dental sedasi hanya menekan faktor kecemasan dengan obat-obatan,” ujar perempuan yang dikenal dengan ciri khas rambut pendeknya.

Dental Hypnosis merupakan kegiatan berkomunikasi secara tersistem yang dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien dengan tujuan membawa taraf kesadaran pasien menjadi setara dengan alam bawah sadarnya melalui sugesti yang akan membuat pasien jauh lebih rileks dan tenang. Semakin rileks maka ambang toleransi pasien terhadap Ansietas Dental semakin besar.

“Maksud dari tersistem, yaitu saat proses menghipnosis pasien menggunakan pemarkah-pemarkah tertentu, asertif, direktif, dan ekspresif,” ujarnya.

Dari penelitian tersebut ditemukan hasil analisis tindak tutur dalam Komunika Hipnodontik berupa tiga jenis tindak tutur, yaitu: asertif, direktif, dan ekspresif. Terdapat empat gaya bahasa yang teridentifikasi dalam komunika hipnodontik yakni: (1) gaya bahasa klimaks, (2) gaya bahasa paralelisme, (3) gaya bahasa antitesis, dan (4) gaya bahasa repetisi.

Keseluruhan proses pengujian efektivitas Dental Hypnosis memanfaatkan bahasa sebagai media komunikasi untuk menyampaikan sugesti. Bahasa merupakan aspek paling penting dalam intervensi dental hypnosis karena seluruh prosesnya memanfaatkan kalimat sebagai media komunikasi untuk menyampaikan sugesti.

Michael Krochak dari Amerika Serikat, pada 2012 pernah mengatakan bahwa pendekatan farmakologis pada penderita Ansietas Dental dianggap tidak efektif lagi karena efek farmakologis hanya menekan Ansietas Dental tanpa dapat mengurangi faktor kecemasan tersebut.

Efek samping penggunaan obat-obatan kimiawi juga dapat berdampak kepada kesehatan secara menyeluruh. Sejalan dengan penelitian Michael Krochak, Chan Koehn dari Canada tahun 2011 melaporkan bahwa efek jangka panjang penggunaan farmakologis terhadap penanganan pasien dengan Ansietas Dental adalah ketergantungan obat-obatan yang bersifat sedatife dan hipnotik.

Untuk masyarakat yang selama ini masih menganggap ilmu hypnosis adalah ilmu sihir diharapkan dengan hasil penelitian dapat menambah bukti ilmiah berdasarkan fakta dan data versi Indonesia tentunya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER