Jayapura, CNN Indonesia -- Potensi tinggalan arkeologi di Provinsi Papua dan Papua Barat sangat tinggi. Namun hal ini tidak dibarengi dengan jumlah arkeolog, baik sebagai akademisi, peneliti maupun pelestari. Instansi kebudayaan di Provinsi Papua maupun kabupaten kota di Provinsi Papua dan Papua Barat tidak memiliki arkeolog asli putra putri Papua.
Untuk memenuhi kekurangan arkeolog di Papua dan Papua Barat, perlu dibuka program studi arkeologi di salah satu universitas di Papua dan Papua Barat. Universitas yang berpotensi membuka program studi arkeologi yaitu Universitas Cenderawasih Jayapura, Universitas Negeri Papua Manokwari, atau Universitas Musamus Merauke.
Selama ini arkeologi hanya diajarkan dalam mata kuliah pengantar arkeologi selama satu semester di program studi Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Cenderawasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama saya mengajar pengantar arkeologi di program studi Antropologi Sosial, Universitas Cenderawasih, mahasiswa sangat antusias sekali dengan ilmu arkeologi dan mereka sangat tertarik dengan tinggalan-tinggalan arkeologi di Papua.
Pada tahun 2013, pejabat rektor Universitas Cenderawasih, Festus Simbiak pernah mengatakan bahwa Universitas Cenderawasih akan membuka program studi arkeologi, namun hingga saat ini, sudah tiga kali pergantian rektor, rencana pembukaan program studi arkeologi tidak terealisasi.
Jika dibandingkan dengan Papua New Guinea, Papua sangat jauh tertinggal. Papua New Guinea sudah memiliki program studi arkeologi di University of Papua New Guinea, dan sudah banyak arkeolog-arkeolog asli negara tersebut.