Jayapura, CNN Indonesia -- Pulau Papua dikelilingi oleh perairan yang luas, dan memiliki tinggalan arkeologi bawah air. Selama ini di Papua belum pernah dilakukan penelitian arkeologi bawah air, hal ini disebabkan oleh keterbatasan peralatan dan sumberdaya manusia.
Berbeda dengan penelitian arkeologi di daratan, penelitian arkeologi bawah air membutuhkan dana lebih besar untuk membeli peralatan, akses ke lokasi, serta tingkat kesulitan tinggi untuk penelitian arkeologi bawah air.
Papua memiliki potensi tinggalan arkeologi bawah air di antaranya kapal perang maupun pesawat terbang peninggalan Perang Pasifik terdapat di perairan Papua dan Papua Barat. Kapal peninggalan Perang Pasifik milik Amerika, The Junkyard terdapat di perairan Pulau Amsterdam. Pesawat tempur Zero di perairan Pulau Rippon, Wandamen. Pesawat Amerika P47-D Razorback di Pulau Wai, Raja Ampat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bawah laut di sekitar Teluk Doreri, Manokwari merupakan situs arkeologi bawah air terbaik di Indonesia. Seperti di Pasir Putih wreck terdapat sejenis kapal patroli angkatan laut dengan panjang antara 13-22 m; pillbox wreck berupa sejenis kapal kargo komersial pembawa amunisi dengan panjang antara 9-16 m; serta cross wreck dengan bangkai kapal patroli serta kapal Shikwamaru.
Indonesia perlu meratifikasi Konvensi UNESCO tahun 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air. Dalam konvensi ini mengatur tentang perlindungan warisan budaya bawah air untuk kepentingan umat manusia sekaligus mencegah eksploitasi secara komersial. Dengan meratifikasi konvesi UNESCO, pemerintah Indonesia otomatis harus menyediakan dana untuk penelitian dan perlindungan tinggalan arkeologi bawah air.
Hari Suroto
Arkeolog di Papua