Benarkah Bahasa Milenial Menggerus Bahasa Indonesia

CNN Indonesia
Kamis, 26 Okt 2017 08:57 WIB
Benarkah penggunaan bahasa gaul dan bahasa asing, makin meraja dan terus muncul bahasa gaul baru yang membuat eksistensi bahasa Indonesia kian menurun?
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Deddy Sinaga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Inilah zaman milenal, zaman di mana segala sesuatu dibumbui oleh inovasi-inovasi yang tiada henti. Semua orang berlomba-lomba membuat suatu inovasi yang menarik dan catchy agar minat konsumen terhadap suatu produk yang kita buat untuk dipasarkan memikat para pembeli.

Gaya hidup yang kebarat-baratan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Mulai dari makanan, bahasa, etika, dan lain sebagainya.

Penggunaan bahasa gaul dan bahasa asing, makin meraja dan terus muncul bahasa gaul baru yang membuat eksistensi bahasa Indonesia kian menurun. Penggunaan bahasa gaul ini membuat remaja makin sulit mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan karena terlalu seringnya menggunakan bahasa gaul, kita tak sadar bahwa bahasa tersebut bukan bahasa yang baik dan benar. Tidak jarang dalam acara formal pun banyak orang yang menggunakan bahasa gaul, dengan alasan tidak sengaja, karena sudah menjadi kebiasaan dalam berbicara sehari-hari.

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian seseorang, kebiasaannya, dan lain-lain.

Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh, namun juga bisa dijadikan hal tabu. Westernisasi adalah mengadaptasi gaya hidup Barat, meniru-niru, dan mengambil alih cara hidup Barat. Jadi orang yang meniru-niru, mengambil alih tata cara hidup Barat, mengadaptasi gaya hidup Orang Barat itulah yang lazim disebut westernisasi.

Meniru gaya hidup berarti meniru secara berlebihan gaya pakaian orang Barat dengan cara mengikuti mode yang berubah-ubah cepat, meniru cara bicara dan adat sopan santun pergaulan orang Barat dan seringkali ditambah dengan sikap merendahkan bahasa nasional dan adat sopan santun pergaulan Indonesia; meniru pola-pola bergaul, pola-pola berpesta (merayakan ulang tahun), pola rekreasi, dan kebiasaan minum-minuman keras seperti orang Barat dan sebagainya.

Orang Indonesia yang berusaha mengadaptasikan suatu gaya hidup kebarat-baratan seperti itulah yang disebut sebagai orang yang condong ke arah westernisasi. Westernisasi juga merupakan suatu perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalismenya, yang meniru atau melakukan aktivitas bersifat kebarat-baratan (budaya bangsa lain). Gaya akan kebarat-baratan sudah berkembang secara pesat di masyarakat luas di dalam segi berbahasa, berpakaian, etika dan sebagainya.

Era globalisasi kaum milenial, memang mengakibatkan semakin banyak warga negara Indonesia yang menjadi “warga dunia” dengan menggunakan bahasa asing seperti Bahasa Inggris Tapi persoalannya adalah apakah istilah-istilah atau kata -kata asing itu harus secara otomatis dibawa ke dalam pembicaraan sehari-hari yang mengalahkan dan mengesampingkan bahasa Indonesia. Dan hal ini menuntut kita untuk lebih mewaspadai, manakah yang bisa diterima dan mana yang tidak perlu diikuti.

Yang lebih bisa menhancurkan generasi muda saat ini adalah kegunaan bahasa asing yang terus menerus mengalami peningkatan di kalangan generasi milenial, bukankah bahasa menandakan jati diri dari sebuah bangsa. Di era milenial juga kita akan memilih makanan atau pakaian yang berbau kebarat-baratan, dari mulai kata ataupun merek suatu barang yang kita beli. Kita akan puas bila memakan atau memakai produk hasil impor dari pada hasil dari tangan negara kita sendiri.

Dan akhirnya kita mempunyai perspektif bagaimana keren itu, dan menilai sebuah produk dari kata atau pembuatnya, tidak memikirkan halal, sehatnya. Alangkah lucunya negeri ini bila melihat bahasa asing yang terus menerus menggerus bahasa Indonesia dari segala aspek.

Bukankah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga? Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa terbesar di dunia. Mengapa bahasa yang besar di tidak bisa dipakai oleh generasi milineal, lantas siapakah yang harus di salahkan?

Demi menyelamatkan bahasa Indonesia, yang baik dan benar seperti sebelum ternodai oleh kata-kata gaul, maupun kata asing yang masuk ke dalam Bahasa Indonesia. Bukankah bahasa mencerminkan jati diri dari sebuah negara dan baik buruknya sebuah negara tercermin dari bahasa yang dipakainya.

Para remaja menganggap bahasa gaul dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta itu.

Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya dan sedikit demi sedikit bahasa asing dan bahasa gaul merambah di dalam dunia remaja.

Istilah bahasa asing ini sudah dikenal di masyarakat luas hingga saat ini bahasa asing atau bahasa gaul tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam Facebook atau Twitter, maupun di dalam berbahasa sehari-hari.

Beberapa kata yang sering dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa gaul juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane.

Kemudian, kata Lo atau Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa gaul juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.

Selain kosakata di atas, ditemukan juga beberapa kosakata dari bahasa Indonesia yang berubah struktur penulisannya menjadi bahasa gaul yang sering dipakai dalam jejaring sosial, sebagai berikut:
Teman lelaki : jek, lur, boy, bang, cuy,bray, gan, brow, guys
Teman wanita :sis, sist
Kok = kq
Kayaknya = keknya
Menghubungi = koling-koling
Si = c
Iya = ea, yap, y, yoman, yaw, yow
Siapa = cfa, cp
Kau = kw
Tapi = v, phy
Nggak = gx
Karena = cz
Menit = mniy
Lagi = aggy
Najis = najong, kini dapat diartikan sebagai ungkapan untuk sesuatu yang menyebalkan
Bodoh = dodol, bedon
Pingin tahu urusan orang = kepo
Utang = kasbon
Tolong = plis, berasal dari kata please, untuk menyatakan permohonan
Banget = beud, betts
semangat = cemungudt

Oleh karena itu, bahasa sebagai jati diri suatu bangsa yang harus dipertahankan. Hal ini berimplikasi bahwa mempertahankan (pemakaian) bahasa Indonesia berarti mempertahankan jati diri bangsa Indonesia itu sendiri.

Kita melihat di sekitar kita bagaimana bahasa asli bangsa Indonesia yang hari demi hari mulai tergerus dan dilupakan oleh generasi-generasi muda penerus bangsa, bagaimana kita mau menjadikan bangsa yang cerdas dan berbudi pekerti luhur, bagaimana kita akan mencerminkan jati diri yang baik. Apabila dari segi bahasa saja kita tidak bisa menghargai dan melestarikan bahasa kita sendiri bagaimana bahasa mau berjalan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memberi keutamaan kepada bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.

Sikap pemberian keutamaan kepada bahasa asing merusak jati diri bangsa Indonesia dan harus diubah dengan meletakkan sikap yang seimbang di dalam menggunakan bahasa asing. Dan bangsa Indonesia terlalu berlebihan di dalam menggunakan bahasa asing. Untuk generasi muda indonesia pekerjaan rumah terbesar yang harus kalian selesaikan yaitu, kalian untuk apa bercakap cakap menggunakan bahasa asing dan meniru gaya hidup kebarat- baratan dan seharusnya kita memajukan bahasa daerah dan bahasa nasional indonesia, agar kelak jika bahasa dan budaya kita diterima oleh orang orang asing.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER