Mencari Solusi Rendahnya Serapan Tenaga Kerja Sarjana Kita

CNN Indonesia
Kamis, 26 Okt 2017 16:00 WIB
Daya serap tenaga kerja berpendidikan sarjana dalam dunia kerja di Indonesia ternyata hanya 11 persen. Apa solusinya supaya sarjana pengangguran berkurang?
Mahasiswa di Sampoerna University sedang belajar di perpustakaan. (Foto: CNN Indonesia/Deddy S)
Jakarta, CNN Indonesia -- Daya serap tenaga kerja berpendidikan sarjana dalam dunia kerja di Indonesia ternyata hanya 11 persen. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia rupanya berpendidikan lebih rendah. Sehingga angka pengangguran lulusan perguruan tinggi terbilang tinggi.

Di sisi lain, peringkat sistem pendidikan tinggi di Indonesia juga terpuruk di urutan ke-50 dari 50 negara, berada di bawah India, Thailand, dan Malaysia. “Ini perlu ditindaklanjuti,” kata Dr. Wahdi Salasi April Yudhi Ph.D, Rektor Sampoerna University, di Jakarta, Rabu (25/10).

Wahdi menyarankan pendidikan tinggi di Indonesia perlu didukung dengan kompetensi yang memadai, untuk membantu para lulusan universitas agar dapat siap kerja. Untuk dapat berkompetisi secara global, institusi-institusi pendidikan di Indonesia perlu dapat menerapkan pendekatan yang lebih global dalam mendidik generasi masa depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Dr Paulina Pannen, Staf Ahli Bidang Akademik, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, menjelaskan 3 indikator yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam berperan meningkatkan jumlah tenaga kerja dari para lulusannya. Pertama, perguruan tinggi harus meluncurkan inovasi yang mampu diserap oleh pasar. Kedua, tak hanya sekadar meluluskan mahasiswanya, perguruan tinggi harus dapat mempersiapkan mereka terjun ke dalam dunia kerja. Terakhir, dengan dua faktor tersebut, perguruan tinggi harus mampu berkontribusi dalam perbaikan ekonomi negara.
 
Terkait masalah rendahnya daya serap tenaga kerja berpendidikan perguruan tinggi dalam dunia kerja, Paulina mengatakan tak bisa sepenuhnya menyalahkan perguruan tingginya. Sebab itu adalah masalah bagi dunia sekeliling kampus.

Salah satunya adalah industri, yang kesulitan masuk ke negeri ini sehingga lapangan kerja tidak bertambah banyak. Dengan lapangan kerja yang terbatas, lulusan perguruan tinggi harus berhadapan dengan kompetisi tinggi. Jadi banyak yang tak kebagian pekerjaan.

“Itulah yang didorong Presiden Jokowi untuk mempermudah investor dan perusahaan untuk masuk dan berusaha di sini,” kata Paulina, dalam sesi dialog di Sampoerna University di Jakarta, Rabu (25/10) kemarin.

Paulina menyarankan kampus memperbanyak program kewirausahaan. Mahasiswa didorong untuk membangun perusahaan rintisan atau meningkatkan kapasitas diri dengan berbagai program sertifikasi sebagai added value dirinya sendiri. Itu harus datang dari mahasiswa sendiri, bukan dari perguruan tinggi. Bahkan, yang khatam Alquran pun ada yang cari lho,” katanya.

Hal itu dibenarkan oleh Dr. Marshall E. Schott Ph.D, Deputi Chief Operations Officer Sampoerna School System. Dia menceritakan tentang Sampoerna University yang bermisi mendidik pemimpin masa depan yang dapat menunjukkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan tanggung jawab sosial.

“Untuk itu kami menerapkan standar tertinggi dalam pendidikan tinggi yang berbasis kurikulum standar internasional. Lebih dari 75 persen anggota fakultas memiliki gelar doktor dan kami menawarkan fasilitas yang canggih untuk mahasiswa kami,” tutur dia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER