Debu Vulkanis atau Air Beracun, Mana yang Membunuh Pompeii

Deddy S | CNN Indonesia
Kamis, 09 Nov 2017 16:31 WIB
Letusan Vesuvius dan terkuburnya kota Pompeii pada 79 Masehi sangat dikenal dalam sejarah. Tapi benarkah ada faktor lain yang membunuh penduduk kota itu?
commons.wikimedia.org/PublicDomain/Brooklyn Museum/William Henry Goodyear (1846–1923)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meletusnya Gunung Vesuvius di baratdaya Italia pada 79 Masehi sangat dikenal dalam sejarah. Salah satunya, sebab letusan itu telah mengubur satu kota bernama Pompeii. Sudah banyak film yang mengambil tema dan latar meletusnya gunung ini dan terkuburnya Pompeii.

Akhir hidup penduduk Pompeii seperti membeku ditimbun abu vulkanik Vesuvius. Tapi ada satu lagi kemungkinan penyebab matinya warga Pompeii, yang baru diketahui dunia ilmu pengetahuan baru-baru ini. Yaitu racun yang larut dalam saluran air mereka.

Temuan ini diterbitkan di jurnal Toxicology Letters edisi 5 November lalu, dan dilansir oleh Live Science.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada pengujian terhadap pecahan pipa air dari kota kuna itu menunjukkan adanya bukti elemen kimia bernama antimony pada pipa timah yang dipakai mengalirkan air di kota itu. Antimony adalah elemen logam yang sangat beracun, yang bercampur dengan timah dan memperkuat dirinya.

Pipa timah, yang banyak dipakai sebagai penyalur air pada zaman Kekaisaran Romawi, saat ini sudah dianggap kurang baik dalam mendistribusikan air minum. Meski timah lebih sulit kena korosi dibanding logam lain, partikelnya bisa mencemari air dan mengumpul dalam tubuh manusia dan menyebabkan keracunan.

Kalau berlangsung dalam waktu lama, tumpukan timah bisa merusak ginjal dan sistem syaraf, serta menyebabkan stroke atau kanker. Kalau yang keracunan timah adalah anak-anak dan bayi, mereka akan mengalami perlambatan pertumbuhan.

Kembali ke pipa timah di Pompeii, ilmuwan mendapati kadar antimony cukup besar untuk jadi ancaman terbesar bagi warga saat itu. Sistem pendistribusian air di Pompeii diduga sudah tercemar dengan kadar yang dapat menyebabkan diare dan muntah setiap hari, sehingga berujung pada dehidrasi dan kerusakan hati serta ginjal.

Sejak abad ke-18 sejarawan sudah punya pendapat bahwa sistem pipa timah di kota-kota Romawi telah menyebabkan keracunan timah yang menyebabkan keruntuhan kekaisaran itu. Tapi ada pendapat lain yang bilang bahwa keberadaan kapur dalam air yang membentuk lapisan aman pada pipa, telah mencegah keracunan itu sehingga mencegah air terkontaminasi partikel timah.

Nah, antimony itu lebih beracun daripada timah. Sedikit saja terminum antimony pada air, bisa membuat orang jatuh sakit dalam waktu singkat. Bahkan pada beberapa kasus bisa menyebabkan jantung berhenti berdetak.

Untuk mengenali senyawa dalam fragmen pipa, peneliti menggunakan metode yang dapat mendeteksi metal dan nonmetal dalam kadar kecil. Diketahui bahwa konsentrasi antimony di pipa itu mencapai 3.680 microgram, atau kurang lebih 0,0001 ons. Mungkin terdengar kecil, tapi itu sudah membahayakan.

Dan kedekatan Pompeii dengan gunung berapi telah menyebabkan masalah keracunan antimony memburuk. Soalnya, antimony secara alami terdapat di air tanah yang dekat ke gunung berapi. Kedekatan Pompeii ke Vesuvius diduga telah menyebabkan konsentrasi racun di sistem distribusi air mereka lebih tinggi ketimbang kota-kota Romawi lainnya.

Tapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan, terutama dengan sampel yang lebih banyak. Termasuk sampel antimony pada kerangka manusia yang terkubur bersama letusan Pompeii. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER