Saya Bangga Jadi Calon Guru Masa Depan

Salsabila Shiellany | CNN Indonesia
Sabtu, 25 Nov 2017 08:49 WIB
Dulu guru bukanlah profesi yang diimpikannya. Tapi sebuah kesempatan telah mengubah sikap mahasiswi ini.
Mengajar (Dok. UGC CNN Student/Salsabila Shiellany)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika saya masih duduk di bangku sekolah, saya selalu merasa bahwa datang ke sekolah itu tidak ada gunanya selain hanya untuk mendapatkan sertifikat pengakuan yang akan berguna di dunia kerja nanti. Yang selama ini saya rasakan hanyalah rutinitas monoton yaitu datang ke sekolah, duduk, bercanda dan tertawa bersama teman dan kemudian pulang. Tanpa hasil apa-apa.

Sampai saat ujian sekolah tiba, timbullah istilah: “Hafalkan, kerjakan, lupakan”. Belum lagi karakteristik gurunya yang luar biasa dan sering berlaku seenaknya kepada kami yang hanyalah seorang murid di mana guru selalu benar. Dan itu menyebabkan 90% persepsi saya mengenai profesi guru adalah negatif.

Jika saya diminta untuk mendeskripsikan guru, saya akan menjawab: “Guru itu profesi yang tidak berwarna, di mana wajah rata-rata guru yang pernah saya temui pasti selalu datar dan penuh tekanan. Akan tetapi, guru adalah profesi yang paling memiliki banyak pahala karena selalu menjadi bahan pembicaraan oleh murid-muridnya setiap hari.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga, memang tidak pernah terbesit sekalipun dalam pikiran saya untuk menjadi guru kelak. Namun nasib berkata lain.

Ketika saya sudah resmi terdaftar sebagai mahasiswa periklanan, yaitu jurusan yang memang saya sukai dari dulu, tiba-tiba saya mendapat pilihan baru yaitu beasiswa kuliah penuh S1 dengan jurusan pendidikan. Tentu pilihan saya adalah tetap dengan periklanan. Saat berdiskusi dengan papa, sambil senyum papa berkata: “Boleh aja tetap ambil periklanan, tapi bayaran semester ditanggung sendiri ya.”

Yah! Begitulah nasib, yang membawa saya sekarang duduk di semester 3 di Sampoerna University, jurusan pendidikan matematika. Alhamdulillah.

Berkuliah di sini membuat sudut pandang saya terhadap guru lama-lama mulai berubah ke arah yang lebih baik. Di sini saya belajar bahwa profesi guru bukanlah profesi gampangan atau buangan.

Di sini, saya melihat dosen-dosen saya bukan lagi seperti guru yang sudah saya deskripsikan sebelumnya. Melainkan guru yang luar biasa hebatnya yang memang benar benar mendedikasikan dirinya sebagai guru.

Bukan berarti saya menyalahkan guru-guru di sekolah sebelumnya. Tetapi dosen yang saya temui setiap hari di kampus ini adalah guru yang memang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi anak-anak milenial (atau dikenal kids zaman now) seperti saya saat ini. Sedangkan guru-guru yang saya temui di sekolah dulu adalah guru yang bisa disebut jadul (jaman dulu) yang memang tidak mempersiapkan dirinya untuk menghadapi anak milenial masa kini.

Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, dinding yang membentengi persepsi negatif saya mengenai guru mulai runtuh. Profesi guru sudah mulai menarik di mata saya.

Hal itu dimulai ketika saya mengikuti program pembelajaran yang ada di Sampoerna University, yaitu School Experience Program (SEP). Kegiatan ini adalah observasi dengan terjun langsung ke sekolah, di mana saya bukan lagi menempatkan diri sebagai murid, melainkan sebagai seorang guru.

Sebenarnya semua kegiatan SEP selalu membekas di hati saya. Namun, terdapat satu pengalaman SEP yang menjadi favorit saya hingga saat ini. Yaitu ketika saya melakukan observasi di salah satu sekolah dasar swasta di kawasan Pasar Minggu.

Di hari pertama, saya memasuki kelas satu yang pada saat itu sedang belajar berhitung. Ketika saya melakukan perkenalan, semua anak begitu antusias dan riang luar biasa. Awalnya timbul kengerian dalam diri ini, apakah saya akan menjadi sasaran empuk bagi mereka?

Namun ternyata mereka benar benar menyambut saya dengan baik. Ketika mereka kesulitan dengan latihan soal yang diberikan, mereka datang kepada saya untuk meminta bantuan. Ketika istirahat tiba, mereka pun berbondong bondong datang menghampiri saya untuk bercerita apapun, bertanya apapun bahkan bercanda dan tertawa bersama.

Hingga akhirnya, ketika kelas berakhir dan saya telah berpamitan kepada ibu guru yang mengajar di sana, tiba-tiba mereka datang menghampiri dan memberi saya beberapa tangkai bunga yang diambil dari karangan bunga di ruang kepala sekolah.

Ditambah dengan sepucuk surat kecil dan sebuah topi perahu yang berisi gambar sederhana bertuliskan: “Love Kakak Salsa”. Sungguh, pada saat itu perasaan saya benar-benar bangga campur senang luar biasa! Saya berhasil dibuat terharu oleh anak-anak kecil itu. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan memberi saya apresiasi sebesar ini.

Sejak itulah profesi guru sudah resmi menjadi profesi favorit saya. Sekarang, yang saya pikirkan adalah mempersiapkan diri untuk menjadi guru masa depan yang mampu dan siap menghadapi anak-anak masa depan yang jauh lebih luar biasa menantang dari saat ini. Saya yakin saya bisa mengubah persepsi-persepsi negatif yang ada mengenai guru menjadi persepsi positif. Jika perlu, saya akan membuat profesi guru sebagai profesi yang diidam-idamkan oleh semua orang.

Saya bisa bilang bahwa saya bangga menjadi calon guru masa depan! (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER