Jayapura, CNN Indonesia -- Suku Lani yang bermukim di bagian barat pegunungan Jayawijaya sebelum tahun 1962 hidup dalam budaya prasejarah. Kehidupan mereka berubah sejak misionaris Bert Power, Lion Delinger, dan Garbert Ericson melakukan pelayanan di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Raya.
Ketiga misionaris ini membuat lapangan terbang dengan dibantu suku Lani. Pembuatan lapangan terbang ini hanya menggunakan peralatan sekop. Bagi anggota suku Lani yang turut bekerja dalam membuat lapangan terbang, mereka diberi upah garam dan mata uang kerang.
Lapangan terbang selesai dikerjakan dalam waktu tiga pekan dan diuji coba pendaratan pertama kali oleh pilot Dave Steiger dengan pesawat Cessna 180.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu para misionaris juga membangun gedung gereja, rumah misionaris dan asrama sekolah di sekitar lapangan terbang. Konstruksi rumah misionaris menggunakan bahan-bahan lokal, dengan arsitektur seperti rumah dari negara asal mereka yang disesuikan dengan iklim tropis.
Keberadaan asrama sekolah telah membuka peradaban baru, tempat belajar generasi muda suku Lani membaca dan menulis. Suku Lani yang bermukim terpencar, kemudian membangun rumah tradisional honai mereka di sekitar lapangan terbang.
Gereja, rumah misionaris, asrama sekolah dan lapangan terbang merupakan situs arkeologi yang perlu dilestarikan. Situs-situs ini dapat dikembangkan sebagai obyek wisata rohani.
(ded/ded)