Jakarta, CNN Indonesia -- Belum lama ini ramai berita tentang ulat bulu yang mematikan. Kalau kamu kena gigit atau kontak langsung dengan binatang ini, efeknya mengerikan. Dalam waktu 4 jam kamu bisa tewas. Benarkah ulat bulu bisa mematikan?
Menurut ilmuwan dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ulat beracun secara sederhana adalah ulat yang minimal mempunyai satu atau lebih kelenjar racun dan mekanisme ekskresi serta alat untuk menginjeksi racun. Secara garis besar, ulat beracun dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu beracun aktif dan beracun pasif.
Yang dimaksud dengan beracun pasif adalah ulat mempunyai kelenjar dan saluran racun, tetapi tidak mempunyai alat untuk menyuntikan venom (kelenjar racun dari ngengat
Arctiidae, burung akan mati bila memakan ulat ini). “Sedangkan kelompok yang beracun aktif, selain mempunyai kelenjar racun juga dilengkapi alat untuk memasukan racun ke tubuh lawan atau binatang lain, misalnya ulat
Limacodidae,” kata Hari Sutrisno, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, dalam keterangannya, Kamis (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa karakteristik ulat beracun? Hari menjelaskan, ada beberapa macam bulu atau duri dari ulat yang mengandung racun sebagai penyebab rasa sakit. Pertama, bulu-bulu normal, biasanya bulu-bulu pada ulat
Noctuidae dan
Arctiidae. “Bulu-bulu yang halus mudah putus ujungnya dan akan masuk ke dalam kulit manusia atau binatang bila terjadi kontak langsung dan bisa menyebabkan rasa sakit,” tutur Hari.
Kemudian yang kedua, struktur khusus pada ujungnya, biasanya bulu-bulu pada ulat
Lasiocampidae. Bulu-bulunya biasanya menempel lekat pada tubuh
larvae. Bulunya agak tebal berbeda dalam ukuran panjangnya dan pangkal yang tumpul dan menebal. Ujung yang tajam menunjukan struktur menyerupai mata gergaji, sehingga bila mengenai kulit manusia akan menyebabkan iritasi.
Ketiga, bulu ulat dengan dasar yang lancip. Biasanya bulu-bulu pada ulat
Lymantriidae seperti yang menyerang daerah Jawa Timur (Probolinggo).
Dan keempat, duri yang beracun, biasanya terdapat pada ulat
Limacodidae. Tipe duri beracun yang dimiliki kelompok
Limacodidae berbeda dengan jenis yang lain. Duri ini biasanya mempunyai ukuran panjang dan lebar yang lebih luas dibanding bulu-bulu yang terdapat pada ketiga tipe sebelumnya. Ujung duri ini biasanya sangat lancip dan tajam.
“Duri racun ini bekerja menyerupai jarum suntik. Ulat jenis ini akan menyuntikan durinya yang berbisa ke dalam organisme yang menyentuhnya atau mengganggunya dengan cara kontak langsung,” papar Hari.
Bagaimana menghindari kontak dengan ulat beracun?Untuk menghindari kontak dengan ulat beracun, Hari pun menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, jangan sekali-kali meletakan baju, handuk, sarung dan lain sebagainya pada cabang, ranting pohon yang kemungkinan ada ulat beracun yang akan mengalami
pupasi atau memasuki masa kepompong.
Kedua, jika terpaksa, pastikan baju, handuk, sarung tersebut terbebas dari ulat yaitu dengan cara dikibaskan kuat-kuat untuk mengeluarkan ulat atau serangga berbahaya lainnya sebelum dipakai kembali.
Ketiga, usahakan untuk tidak bertelanjang dada ketika berada di rerimbunan pohon atau semak ketika sedang beristirahat. Selalu gunakan pakaian lengan panjang ketika harus bekerja menerobos semak-semak, atau palem-paleman, karena daerah yang sering terkena adalah lengan dan bagian leher.
Keempat, bila sudah tergigit atau kontak langsung dengan ulat beracun, maka segera lakukan penanganan awal. Penanganan bagi orang yang mengalami sengatan bulu ulat yaitu dengan cara mengompres dengan larutan
alkaline, amonia cair dan
bicarbonate soda, serta krim mengandung
antihistaminic. “Pada keadaan yang sangat serius penggunaan secara oral dengan
antihistamine, 10 persen
calsium gluconate diberikan secara intravena juga sangat membantu dan sebaiknya segera hubungi dokter,” ujar Hari.
(ded/ded)