Digitalisasi, Solusi Museum Masa Kini

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 04 Jan 2018 10:32 WIB
Di era moderen dan milenial ini, pemerintah harus terus bersinergi dalam menciptakan museum yang diminati oleh masyarakat saat ini, yaitu dengan digitalisasi.
Museum Gedung Sate di Bandung. (Foto: Mukhlis Dinillah/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia memiliki banyak museum yang tersebar di berbagai penjuru daerah. Menurut data yang dilansir oleh library.binus.ac.id, cikal bakal museum di Indonesia diawali oleh seorang naturalis yang bernama George Edward Rumphius yang memiliki banyak koleksi benda-benda antik selama meneliti di Indonesia dan mendirikan museum De Amboinsch Raritenkaimer pada tahun 1662 di Ambon.

Sejak saat itu, museum di Indonesia mulai bertumbuh dan berkembang. Diawali dengan berdirinya Museum Gajah yang dulunya bernama Bataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenschaapen, oleh pemerintah Belanda. Saat ini, museum itu lebih dikenal dengan Museum Gajah, dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Di Indonesia, jumlah museum tidaklah sedikit, begitu banyak dan begitu bersejarah. Seperti yang dilansir oleh Kompas, Indonesia memiliki sekitar 400 museum yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.Tapi, sayangnya, minat berkunjung museum di Indonesia masih rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum, menurut Internasional Council of Museum (ICOM), merupakan lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud benda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.

Museum saat ini masih dianggap menyeramkan dan membosankan. Masih banyak orang yang malas berkunjung ke museum. Bahkan ada pula akhirnya museum yang terlantar dan hilang. Seperti museum yang dibangun oleh George di Ambon, saat ini sudah tidak terekam lagi jejaknya.

Perlu banyak solusi untuk menangani museum agar terus selalu dinikmati oleh masyarakat dan tentunya menjadi media hiburan bagi keluarga dan nyaman untuk institusi pendidikan yang ingin melakukan penelitian di museum tersebut. Apa saja solusi itu?

Digitalisasi
Di era moderen dan milenial ini, pemerintah harus terus bersinergi dalam menciptakan museum yang diminati oleh masyarakat saat ini. Salah satu caranya dengan mencampurkan museum dan teknologi yang berkembang.

Pilihan mencampurkan teknologi dengan museum diharapkan mampu membuat mengajak masyarakat untuk berkunjung dan lebih mengenal sejarah kebudayaan lewat museum.

Di era ini, sudah banyak yang bermunculan museum-museum yang berbasis teknologi. Salah satunya di Bandung adalah Museum Gedung Sate yang baru diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 silam.

Museum ini mencampurkan teknologi dan sejarah Gedung Sate dan Kota Bandung pada era penjajahan Belanda silam hingga saat ini. Banyak yang bisa dinikmati oleh masyarakat jika berkunjung di sini.

Stigma museum yang menyeramkan dan membosankan seketika hilang ketika masuk ke museum ini, dengan perpaduan teknologi dan ruangan yang cozy, museum yang awalnya dianggap horror hilang ketika memasuki museum ini.

Museum Gedung Sate yang dulunya bernama Gouvernement Bedrijven ini menyuguhkan teknologi interaktif untuk para pengunjung. Di sini pengunjung bisa merasakan Bandung ketika masih asri dan sepi dengan teknologi kacamata virtual reality sehingga pengunjung bisa merasakan terbang dengan balon udara sambil menikmati Bandung yang asri.

Selain itu, dengan teknologi augmented reality, di sini pengunjung bisa merasakan ketika bekerja langsung dengan para pekerja rodi pada masa kolonial Belanda saat membangun Gedung Sate.

Nuansa teknologi sangat terasa di museum ini. Kita juga bisa melihat maket Gedung Sate yang disajikan dengan 4D, bukan hanya melihat depannya saja, melainkan dalamnya pun bisa dilihat.

Tak hanya itu, bahkan disetiap sudut ruangan museum ini bisa dijadikan tempat untuk berswafoto. Dengan memadukan teknologi modern dan sejarah yang klasik, tentunya pengunjung akan lebih menikmati suasana saat berwisata ke museum.

Seperti data yang dirilis oleh tempo.co, sejak dibukanya museum ini untuk umum, 3.600 orang telah mengunjungi museum ini. Bahkan, bukan hanya dinikmati dari masyarakat yang ada di Jawa Barat saja, melainkan hingga ke Aceh dan daerah lainnya.

Wisata dengan berbasis teknologi harus terus dikembangkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, karena dengan hanya menyajikan wisata museum semata tanpa ada perpaduan teknologi, pengunjung akan lebih cepat merasa bosan dan jenuh.

Alternatif perpaduan teknologi dan smart museum yang dikembangkan oleh Museum Gedung Sate, bisa menjadi contoh bagi museum-museum yang ada di Indonesia. Karena museum memiliki fungsinya tersendiri.

Seperti yang dilansir oleh library.binus.ac.id, mengacu pada hasil musyawarah umum ke-11 (11th General Assembley) ICOM, fungsi museum untuk pengumpulan dan pengamanan warisan alam budaya, dokumentasi dan penelitian ilmiah, konservasi dan preservasi, penyebaran dan peralatan ilmu untuk umum, pengenalan dan penghayatan kesenian, pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, visualisasi warisan alam dan budaya, cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan tingginya antusiasme pengunjung ke museum yang berbasis teknologi, ini bisa menjadi cermin bagi pemerintah dan pihak swasta yang mengelola museum. Peremajaan museum dan konsisten dalam mengembangkan teknologi menjadi hal yang penting agar museum terawat dan modern. Sehingga pengertian museum yang disebutkan oleh ICOM, sebagai hiburan bisa terlaksana dengan baik dan masyarakat dari anak-anak hingga orang tua bisa semakin menikmati dalam berekreasi di museum.

Selain itu, masyarakat juga harus saling bersinergi untuk merawat museum bersama-sama, dengan tidak merusak atau mengotorinya, karena di museum semua warisan budaya dikumpulkan.

Tak hanya itu, sebagai lembaga non profit juga pemerintah seharusnya tidak memungut biaya kepada pengunjung. Ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi setiap pengelola museum di tanah air.

Sekali lagi, pemerintah harus memikirkan dengan matang untuk mengembangkan dan meremajakan museum dan teknologi. Karena sebagai medium dalam ilmu pengetahuan, tentunya dengan adanya teknologi dan digitalisasi, bisa menarik turis dari luar negeri dan mancanegara. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER