Jakarta, CNN Indonesia -- Didirikan pada tahun 2005 oleh Chad Hurley, Steve Chen, and Jawed Karim, Youtube telah menjadi salah satu situs yang paling sering diakses oleh anak muda. Film dan musik, fashion dan lifestyle, hingga Vlog (video blog) menjadi genre video yang paling sering ditonton oleh para remaja, menurut riset pribadi terhadap 150 mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia.
Kebebasan akan fasilitas internet dan gadget yang diberikan oleh orang tua pun membuat kita bebas untuk memilih sarana apa saja untuk belajar, termasuk untuk mencari tutorial yang mempermudah masa sekolah kita atau yang biasa dikenal dengan “School Life Hacks”. Bermula dari Youtubers luar negeri seperti Wengie, generasi muda Indonesia seperti Friska Lorentzia pun turut meramaikan tren ini dan mendapatkan puluhan ribu
viewers.
Cara untuk bersiap-siap dengan cepat di pagi hari, trik untuk menghafal pelajaran dengan mudah, hingga tips untuk membuat esai yang baik adalah beberapa contoh dari “hacks” yang dapat kita aplikasikan. Akan tetapi, banyak Youtubers yang mempertontonkan konten “hacks” yang berbau negatif seperti menyontek, tidur di kelas, sampai bolos sekolah dengan cara-cara yang tidak masuk akal, membuang-buang waktu dan uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bayangkan apabila kita harus membeli sebuah “correction tape” baru untuk ditulisi contekan berukuran kecil? Seberapa banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk membuat contekan yang belum tentu dapat sukses digunakan pada saat ujian nanti? Sadarkah kita akan pengaruh dari video “School Life Hacks”?
Untung Subroto Dharmawan, dosen dan psikolog klinis dari Universitas Tarumanegara mengatakan bahwa sebuah perilaku bisa merupakan hasil dari pengamatan atau belajar melalui media. Melalui Youtube sebagai media yang memiliki pengaruh besar bagi pola pikir dan tingkah laku, bukan tidak mungkin bila video “School Life Hacks” dapat mempengaruhi kita untuk melakukan perilaku-perilaku negatif, termasuk menyontek.
Seharusnya kita mampu memilah-milah informasi mana yang akan memberi manfaat dan yang tidak – kreatif namun positif. “Generasi milenial memang dekat dengan gadget dan media sosial. Tapi, bukan berarti semua generasi milenial gampang dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari media sosial,” kata Untung.
Maka, sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi milenial yang sadar akan pengaruh negatif dari video “School Life Hacks” untuk selalu memilah-milah informasi yang kita terima baik melalui pengamatan maupun melalui media. Jadi, jangan menyontek ya guys!
(ded/ded)