Jayapura, CNN Indonesia -- Dalam sebuah diskusi yang diikuti para pegiat literasi di Kota Jayapura yang diselenggarakan oleh Sekolah Menulis Papua, pertanyaan menarik dari salah satu peserta adalah bagaimana sebuah situs arkeologi ditemukan?
Jawabannya berawal dari sebuah teori bahwa pada masa lalu, manusia dalam upaya mempertahankan eksistensinya, mereka memerlukan tempat untuk berinteraksi dengan sesamanya maupun lingkungannya. Beberapa variabel yang menjadi penentu dalam pemilihan tempat hunian masa lalu adalah tersedianya sumber air bersih, sumber makanan, dan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman untuk ditempati.
Sebuah situs arkeologi kadang ditemukan secara tidak sengaja, contohnya situs Yomokho di Sentani. Situs ini ditemukan ketika para pekerja yang meratakan lereng bukit dengan buldozer, menemukan beberapa tengkorak manusia dan banyak pecahan gerabah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs arkeologi juga ditemukan berdasarkan penelusuran dari sumber cerita rakyat atau folklor. Contohnya adalah masyarakat Sentani percaya nenek moyang mereka berasal dari Papua Nugini, ternyata setelah dilakukan eksplorasi arkeologi di kawasan Danau Sentani berhasil ditemukan situs hunian prasejarah di Kwadeware, Ifar Besar, Mantai dan Ayapo.
Selain itu, situs arkeologi ditemukan berdasarkan sumber sejarah baik itu prasasti atau arsip. Contohnya situs kapal tenggelam (shipwreck), situs peninggalan Perang Dunia II, situs pemukiman kerajaan Islam, dan sebagainya.
(ded/ded)