Jakarta, CNN Indonesia -- Saban tahun manusia memproduksi 78 juta ton plastik. Sampahnya, hanya 2 persen yang didaur ulang, 40 persen dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir, dan 32 persen mencemari ekosistem, termasuk di dalamnya lautan. Saat masuk ke laut, ukuran sampah plastik pun berubah sampai lebih kecil dari 5 milimeter.
Sampah plastik berukuran kecil inilah yang disebut microplastic dan ini adalah sampah yang berbahaya. "Bahkan ada yang ukurannya di bawah 1 mm sampai yang berukuran nano, seperti sel darah, sampah ini diduga bisa mengubah perilaku ikan saat dimakan ikan," tutur Muhammad Reza Cordova, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, di Jakarta kemarin.
Reza menyebutkan, bahkan salah satu sumber microplastic yang berbahaya adalah butir-butir
scrub bila mengandung
polyethylene dan unsur plastik lainnya.
Scrub itu terdapat dalam sabun pembersih muka yang biasa kita gunakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampaknya, kata Reza, biota laut bisa memakan microplastic yang membahayakannya. Menurut catatan Reza, biota laut yang memakan plastik antara lain penyu, ikan, kepiting, bahkan plankton pun kedapatan sudah mengonsumsi plastik. Bagi biota laut macam ikan, pada beberapa kasus plastik kedapatan telah menyebabkan tumor.
Bayangkan jika plankton yang mengandung plastik dimakan ikan, kemudian manusia memakan ikan itu, maka sama saja manusia memakan sampah plastiknya sendiri. Apalagi, jika plastik mengandung pencemar lain yang berbahaya macam logam berat, DDT, PCB, dan sebagainya.
Reza mengatakan, intensitas sampah plastik khususnya microplastic di Indonesia memang belum sebesar negara-negara lain di dunia. Kisaran sampah microplastic yang mengapung di Indonesia adalah 30-960 nMPS per liter. Masih lebih kecil bila dibandingkan dengan China, Amerika Serikat, Meksiko, dan sebagainya.
"Tapi apa kita mau membiarkannya begitu saja?" kata Reza, bertanya.
Untuk itu Reza dan tim dari Puslit Oseanografi LIPI akan melakukan kajian jangka pendek mengenai sampah laut, untuk meninjau jumlah, kategori, dan sumber sampah tersebut. Pada kajian jangka panjang, adalah penelitian mengenai microplastic untuk mengetahui pengaruh microplastic pada biota laut, ekosistem laut, hingga kesehatan manusia.
(ded/ded)