Pada abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Kalingga atau disebut juga Holing yang diperkirakan berada di Jawa Tengah.
Ada beberapa sumber sejarah Kalingga, mulai dari kisah lokal yang beredar, candi, hingga prasasti-prasasti yang ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip buku Sejarah SMA Kelas XI oleh Prof Dr M Habib Mustopo dkk, para pakar masih berselisih pendapat tentang letak pasti Kerajaan Kalingga.
Ada yang menduga kerajaan itu terletak di di Blora dan di Purwodadi, di Malaysia, di Salatiga, atau di Jepara, Jawa Tengah.
Berikut sumber sejarah Kerajaan Kalingga yang dihimpun dari berbagai sumber.
![]() |
Sumber sejarah Kalingga hingga kini diperoleh dari beberapa hal berikut.
Sumber sejarah Kalingga yang pertama berasal dari sumber lisan atau kisah lokal mengenai Kerajaan Kalingga. Berdasarkan kisah yang beredar, sejak tahun 674 Kerajaan Kalingga diperintah oleh Ratu Shima.
Dikutip dari buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI oleh H Purwanta dkk, Ratu Shima dikenal memimpin dengan sangat tegas, adil, dan bijaksana. Hukum yang diterapkannya tidak pandang bulu sehingga sangat dihormati oleh rakyat.
Dari sumber prasasti dan berita Cina, rakyat Kalingga telah menganut agama Hindu dan Buddha. Hal itu dibuktikan dengan kedatangan Hwi Ning dari Cina untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana selama tiga tahun (664-667 M).
Menurut berita Dinasti Tang, penghasilan Kerajaan Kalingga bersumber dari kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah. Hal tersebut menunjukkan mata pencarian rakyat Kalingga adalah berburu, nelayan, perdagangan dan pertambangan.
Berita Cina zaman Dinasti Tang menjelaskan jika penduduk Kalingga membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah beratap daun kelapa.
Raja tinggal di sebuah bangunan besar bertingkat dengan atap daun palem dan duduk di atas bangku yang terbuat dari gading.
Selain itu, rakyat Kalingga diduga mahir dalam bidang kerajinan dan mengolah logam juga pertukangan. Mereka juga membuat kerajinan dari bahan kulit penyu, cula badak dan gading gajah.
Kebiasaan mereka cukup unik yaitu makan tanpa sendok atau sumpit tetapi hanya dengan tangan. Selain itu, penduduk Kalingga mampu membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Prasasti Tuk Mas yang diperkirakan berasal dari tahun 650 M dan ditemukan di Desa Tuk Mas, di lereng Gunung Merbabu. Dari sumber Prasasti Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa dalam Bahasa Sansekerta, rakyat Kalingga diperkirakan telah mahir menulis huruf Pallawa.
Mereka juga mempunyai keterampilan berbahasa Sansekerta sebagai bahasa keagamaan. Selain itu, penduduknya diduga mengenal ilmu perbintangan.
Hwi Ning dibantu oleh pendeta setempat yang bernama Janabhadra untuk menerjemahkan kitab. Sumber Prasasti Tuk Mas melukiskan gambar-gambar trisula, kapak, kendi, sangkha, cakra dan bunga teratai. Gambar-gambar itu melambangkan dewa agama Hindu.
Sumber sejarah Kalingga berikutnya berasal dari Prasasti Sojomerto yang ditulis dalam aksara Kawi dan Melayu Kuno.
Prasasti yang ditemukan di Desa Sojomerto, Batang, Jawa Tengah ini berasal dari abad ke-7 dan isinya berkaitan dengan keluarga Dapunta Salendra.
Di dalam cerita Parahyangan dikisahkan mengenai asal usul Ratu Shima yang memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Galuh, seperti dikutip dari buku Mengenal Kerajaan-Kerjaan Nusantara.
Kerajaan Kalingga juga terikat dengan beberapa kerajaan lain, seperti Kerajaan Sunda, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Angin terletak di Kecamatan Keling yang menurut sejarah pernah menjadi tempat penyembahan di Kerajaan Kalingga karena di bagian bangunan candi terdapat sebuah pusaran angin.
Candi Bubrah yang berlokasi di Desa Tempur, Jepara, diduga menjadi pintu utama atau gapura sebelum menuju Candi Angin karena jaraknya hanya sekitar 500 meter.
Demikian penjelasan sumber sejarah Kalingga yang perlu kamu ketahui. Semoga bermanfaat!
(glo/juh)