Kalingga merupakan salah satu Kerajaan Hindu-Buddha tertua di Jawa yang letaknya diperkirakan di sekitar pantai utara Jawa Tengah, antara Pekalongan dan Jepara.
Dari peninggalan Kerajaan Kalingga dapat diketahui bagaimana sejarah kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerajaan Kalingga atau disebut juga Kerajaan Holing berdiri pada akhir abad ke-6 hingga akhir abad ke-7. Ratu Shima diketahui memerintah antara tahun 674-695.
Tidak banyak informasi mengenai sejarah dan peninggalan Kerajaan Kalingga, seperti dikutip dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara oleh Mahadewa Adi Seta.
Namun, beberapa sumber menyebutkan kalau Ratu Shima adalah penguasa yang tegas pada hukum dan adil terhadap rakyatnya.
Berikut peninggalan Kerajaan Kalingga yang juga sekaligus menjadi sumber sejarah kerajaan ini, seperti dirangkum dari buku Kerajaan-Kerajaan Buddha yang Pernah Ada di Indonesia.
![]() |
Prasasti Tuk Mas atau Prasasti Dakawu ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Berdasarkan bentuk aksaranya, Prasasti Tuk Mas diperkirakan berasal dari abad ke-6, saat Kerajaan Kalingga berdiri.
Meski kondisinya tidak utuh, sebagian pesan yang terpahat pada prasasti ini masih dapat dibaca. Prasasti Tukmas menceritakan adanya mata air yang jernihnya seperti Sungai Gangga di India.
Selain tulisan, terdapat gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai. Pahatan gambar-gambar tersebut melambangkan latar belakang dari keagamaannya yaitu agama Hindu aliran Syiwa.
Prasati Tuk Mas ditemukan di sebelah barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti Sojomerto ditulis menggunakan huruf Pallawa serta bahasa Melayu Kuno. Pembuatan prasasti diperkirakan pada abad ke-7.
Dalam prasasti ini disebutkan seorang tokoh bernama Dapunta Syailendra, cikal bakal para raja keturunan Wangsa Syailenda yang kemudian menjadi penguasa Kerajaan Mataram Kuno.
Hal ini mungkin ada kaitannya dengan pendirian Kerajaan Holing yang disebut-sebut merupakan nenek moyang Wangsa Syailendra. Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan Kalingga berikutnya adalah Prasasti Rahtawun. Prasasti ini ditemukan pada 1990 oleh Profesor Gunadi dan para peneliti Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta.
Prasasti Rahtawun ditemukan di sekitar puncak Situs Puncak Sanga Likur yang terdapat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Situs Puncak Sanga Likur terletak di Desa Rahtawu, Kudus, Jawa Tengah. Di situs ini terdapat empat arca batu yaitu arca Batara Guru, Togog, Narada, serta Wisnu.
Selain itu, ditemukan pula enam tempat pemujaan dalam situs tersebut bernama Abiyoso, Bambang Sakri, Sekutrem, Kamunoyoso, Pandu Dewonoto, dan Jonggring Saloko.
Peninggalan berikutnya adalah Candi Angin, tetapi kini hanya berupa reruntuhan. Candi ini terletak di Desa Tempur Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Usia candi ini diduga lebih tua dari Candi Borobudur sehingga diperkirakan menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Kalingga.
Menurut sejarahnya, candi ini pernah menjadi tempat penyembahan masyarakat Kalingga, sebab di bagian bangunan candi terdapat sebuah pusaran angin. Namun, belum diketahui pasti pendiri dan kapan candi dibuat.
Candi Bubrah diperkirakan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kalingga yang berlokasi di Desa Tempur, Jepara.
Candi Bubrah diduga menjadi pintu utama atau gapura sebelum menuju Candi Angin sebab jaraknya hanya sekitar 500 meter.
Itulah sejumlah peninggalan Kerajaan Kalingga. Selamat mempelajari sejarah!
(juh)