Serangkaian peristiwa mewarnai sejarah perumusan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia sebelum dibacakan oleh Soekarno dan Moh. Hatta pada 17 Agustus 1945.
Mulai dari Amerika Serikat menjatuhkan dua bom di wilayah Jepang, penculikan Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, hingga penyusunan naskah di kediaman Laksamana Tadashi Maeda yang memihak Indonesia.
Berikut rangkaian sejarah perumusan naskah proklamasi seperti dikutip dari Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia SMA Kelas XI (2020) oleh Ersontowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semangat proklamasi dari para tokoh pergerakan nasional muncul ketika mengetahui bahwa Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di wilayah Jepang, tepatnya Kota Hiroshima dan Nagasaki.
AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Kemudian menjatuhkan bom 'Fat Man' di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Peristiwa bom atom tersebut membuat ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dan ratusan ribu lainnya cacat. Hal ini membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Kabar Jepang menyerah kepada Sekutu ini disiarkan oleh radio BBC dan didengar oleh Sutan Syahrir, salah satu tokoh pergerakan nasional. Kabar ini kemudian dia teruskan ke para golongan tua dan golongan muda.
Menurut Syahrir, para tokoh golongan tua harus segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu. Pendapat ini sekaligus menolak sikap golongan tua yang ingin proklamasi kemerdekaan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sebab, PPKI adalah lembaga buatan Jepang, sehingga ketika Indonesia merdeka atas bantuan PPKI, maka Sekutu akan mengecap kemerdekaan Indonesia sebagai buatan Jepang. Khawatirnya, kemerdekaan itu tidak dianggap.
Selain itu, golongan muda juga ingin kemerdekaan Indonesia dilakukan atas pengorbanan dan perjuangan rakyat Indonesia sendiri, bukan atas campur tangan Jepang, sehingga golongan muda mendesak Soekarno dan Moh. Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sayangnya, pendapat dari para golongan muda ditentang oleh golongan tua. Hal ini membuat golongan muda menculik Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Tujuannya agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh iming-iming Jepang lagi. Golongan muda pun berusaha meyakinkan Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia selama perjalanan ke Rengasdengklok.
Peristiwa penculikan ini membuat wakil dari golongan tua, yaitu Achmad Subardjo kembali berunding dengan Wikana, wakil dari golongan muda.
Hasilnya, Achmad Subardjo setuju untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sehingga ia segera menjemput Soekarno dan Moh. Hatta untuk membujuk mereka.
Akhirnya, Soekarno dan Moh. Hatta pun setuju dan kemudian segera kembali ke Jakarta dari Rengasdengklok.
Sejarah perumusan Teks Proklamasi berlanjut pada peristiwa perundingan dengan Jepang. Soekarno dan Moh. Hatta yang sudah kembali ke Jakarta diantar oleh Laksamana Tadashi Maeda untuk menemui Mayor Jenderal Otoshi Nishimura.
Tujuannya untuk meminta kemerdekaan. Namun, Otoshi Nishimura tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan tersebut karena Jepang telah mengadakan perjanjian dengan sekutu untuk menjaga wilayah jajahannya, termasuk Indonesia.
Soekarno dan Moh. Hatta tak puas dengan penolakan Otoshi Nishimura. Akhirnya, mereka berencana mempercepat proklamasi kemerdekaan.
Salah satu hal yang perlu disiapkan adalah penyusunan Teks Poklamasi sehingga Soekarno, Moh. Hatta dan Achmad Subardjo segera menyusun naskah tersebut di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.
Achmad Subardjo menyumbang kalimat utama pada Teks Proklamasi. Sementara Moh. Hatta menyumbang kalimat terakhir dalam Teks Proklamasi dan Soekarno menulskan teks tersebut.
Lalu, Soekarno dan Moh. Hatta menandatangani teks tersebut atas usul Sukarni. Kemudian, naskah yang ditulis Soekarno itu diberikan ke Sayuti Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan yang disepakati.
Keesokan harinya pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat yang kini menjadi Taman Proklamasi dan dibangun Tugu Proklamasi untuk mengenang peristiwa tersebut.
Setelah Teks Proklamasi dibacakan, dilakukan pengibaran Bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat. Bendera tersebut telah dijahit oleh Fatmawati.
Ketika Bendera Merah Putih dikibarkan, semua yang hadir dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pun langsung menyebar ke seluruh penjuru Tanah Air.
Itulah rangkaian peristiwa yang mewarnai sejarah perumusan Teks Proklamasi. Semoga bermanfaat dan selamat belajar!
(uli/fef)