Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Kronologi, dan Para Tokohnya

CNN Indonesia
Jumat, 22 Sep 2023 14:00 WIB
Pertempuran Ambarawa merupakan peristiwa perlawanan yang terjadi antara Tentara Indonesia dan Tentara Inggris. Simak latar belakangnya.
Ilustrasi. Latar belakang, kronologi, dan para tokoh Pertempuran Ambarawa (Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pertempuran Ambarawa atau disebut juga Palagan Ambarawa merupakan peristiwa perlawanan yang terjadi antara tentara dan pemuda Indonesia melawan tentara Inggris.

Kala itu, rakyat Ambarawa dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melakukan perlawanan terhadap sekutu terjadi di Ambarawa, Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa ini bermula ketika pasukan sekutu yang diboncengi Netherlands Indies Civil Administrations (NICA) berusaha membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan Jepang.

Hal tersebut membuat para pemuda Ambarawa dan TKR menjadi marah dan pertempuran pun tidak dapat dihindari.

Latar Belakang Pertempuran Ambarawa

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017, latar belakang Pertempuran Ambarawa dimulai dengan insiden yang terjadi di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada 20 Oktober 1945.

Pihak Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.

Namun ternyata mereka diboncengi oleh tentara Nederland Indishe Civil Administration (NICA) yang kemudian mempersenjatai bekas tawanan.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 pecah insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dan tentara Sekutu.

Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945.

Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, di antaranya sebagai berikut.

  • Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners War and Interneers (APWI-tawanan perang dan interniran Sekutu),
  • Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia Sekutu, dan
  • Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.

Kronologi Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi pada 29 November dan berakhir pada 15 Desember 1945 antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan Inggris.

Pada 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu.

Pada 21 November 1945 pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur.

Namun, pada 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa.

Pasukan TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartosuro bertahan di kuburan Belanda sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan membelah kota Ambarawa.

Sementara itu, dari arah Magelang pasukan TKR dan Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945 dengan tujuan memukul mundur pasukan Sekutu yang berkedudukan di Desa Pingit.

Pasukan Imam Adrongi berhasil menduduki Desa Pingit dan merebut desa-desa sekitarnya. Lalu batalion Imam Adrongi meneruskan gerakan pengejarannya.

Kemudian disusul tiga batalion yang berasal dari Yogyakarta, yaitu batalion 10 Divisi III di bawah pimpinan Mayor Suharto, batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sarjono, dan Batalion Sugeng.

Musuh akhirnya terkepung. Walaupun demikian, pasukan musuh mencoba mematahkan pengepungan dengan mengadakan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan Indonesia dari belakang.

Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan mundur ke Bedono. Dengan bantuan resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini, batalion Polisi Istimewa yang dipimpin Onie Sastroatmojo dan batalion dari Yogyakarta, gerakan musuh berhasil ditahan di Desa Jambu.

Di Desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghadirkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di Magelang.

Sejak saat Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor Utara, sektor Selatan, sektor Barat dan sektor Timur, kekuatan pasukan bertempur secara bergantian.

Pada 26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto yaitu Letkol Isdiman gugur. Setelah mengetahui Isdiman gugur maka pimpinan pasukan TKR Purwokerto Kolonel Sudirman turun langsung memimpin pasukan.

Kehadiran Sudirman semakin menambah semangat tempur TKR dan para pejuang yang sedang bertempur di Ambarawa.

Kolonel Sudirman menyodorkan taktik perang Supit Urang. Taktik ini segera diterapkan agar musuh mulai terjepit dan situasi pertempuran semakin menguntungkan pasukan TKR.

Sejak saat itu, pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin oleh Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR. Pada 5 Desember 1945, musuh terusir dari Desa Banyubiru, yang merupakan garis pertahanan yang terdepan.

Pada 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota.

Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan berada di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.

Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk melakukan pertempuran.

Pada 15 Desember 1945 musuh meninggalkan Kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa ini mempunyai arti penting karena letaknya yang sangat strategis.

Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka dapat mengancam tiga kota utama di Jawa Tengah, yaitu Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta.

Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang gemilang. Dengan kemenangan ini nama Sudirman semakin populer sebagai komandan dan pimpinan TKR.

Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu pasukan TKR dan rakyat yang menolak kembalinya penjajah di Bumi Pertiwi Indonesia.

Untuk mengenang pertempuran Ambarawa, tanggal 15 Desember dijadikan Hari Infanteri. Selain itu, di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan, Ambarawa.

Tokoh di Balik Pertempuran Ambarawa

Berikut ini beberapa tokoh-tokoh Pertempuran Ambarawa.

  1. Mayor Sumarto
  2. Imam Adrongi
  3. Mayor Suharto
  4. Mayor Sarjono
  5. Sugeng
  6. M. Sarbini
  7. Onie Sastroatmojo
  8. Kolonel Holland Iskandar
  9. M. Sarbini
  10. Onie Sastroatmojo
  11. Kolonel Holland Iskandar
  12. Letkol Isdiman
  13. Kolonel Sudirman

Itulah latar belakang dan para tokoh di balik Pertempuran Ambarawa. Selamat belajar!

(juh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER