3 Teori Terbentuknya Alam Semesta, Big Bang hingga Steady-State
Bagaimana terbentuknya alam semesta? Pertanyaan ini mungkin pernah muncul dalam benak pikiran kamu sehingga bisa saja timbul asumsi bahwa alam semesta memang sudah ada sejak miliaran tahun lalu.
Akan tetapi, sejumlah ahli astronomi banyak melakukan penelitian dan pengamatan untuk menemukan teori terbentuknya alam semesta yang logis atau masuk akal.
Meski ada banyak pandangan terkait terbentuknya alam semesta, teori-teori dari ahli berikut setidaknya dapat menjelaskan gambaran kejadian yang membentuk alam semesta yang dihuni makhluk hidup saat ini.
Teori terbentuknya alam semesta
Dirangkum dari buku Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta untuk Kelas X SMA/MA (2007), berikut sejumlah teori terbentuknya alam semesta menurut para ahli astronomi.
1. Teori ledakan besar (The big bang theory)
Teori Big Bang pertama kali dikemukakan oleh seorang fisikawan sekaligus astronom Georges Lemaitre pada 1920-an.
Teori ledakan besar ini mengemukakan bahwa alam semesta berasal dari gumpalan massa yang sangat besar dan sangat panas kemudian meledak sekitar 15 miliar tahun lalu.
Sisa dari hasil ledakan tersebut kemudian tersebar menjauhi pusat ledakan dan membentuk awan atau nebula.
Awan-awan ini mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan yang memadat yang menjadi awal terbentuknya galaksi-galaksi dalam sistem tata surya.
2. Teori mengembang dan memampat (The oscillating theory)
Teori terbentuknya alam semesta berikutnya the oscillating theory yang dikemukakan oleh seorang astrofisika dari Inggris Fred Hoyle pada sekitar 1948.
Teori mengembang dan memampat ini juga dikenal dengan sebutan teori ekspansi dan kontraksi.
Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan massa ekspansi (mengembang) dan disebabkan oleh reaksi inti hidrogen.
Pada tahap inilah terbentuknya galaksi-galaksi dan prosesnya diperkirakan berlangsung selama 30 miliar tahun.
Galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan meredup kemudian memampat didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi.
Setelah tahap memampat, berikutnya adalah tahap mengembang dan kemudian pada akhirnya memampat lagi.
3. Teori keadaan tetap (Steady-state theory)
Teori keadaan tetap atau steady-state theory dikemukakan pada 1948 oleh tiga ilmuwan Inggris, yaitu Sir Herman Bondi, Thomas Gold, dan Sir Fred Hoyle.
Dikutip dari Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar (2022), teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta di mana pun dan bilamana pun selalu sama.
Berdasarkan prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu, dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walau galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain.
Teori ini juga beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga tuanya. Artinya, alam semesta tidak memiliki awal ataupun akhir dan memiliki kepadatan yang tetap. Namun, bukan berarti alam semesta tidak mengalami perubahan sama sekali.
Itulah penjelasan mengenai teori terbentuknya alam semesta menurut pendapat para ahli. Selamat belajar.
(avd/fef)